Waiting Room, Dari Fugazi Sampai ke Acid Jazz

Teks: Ilham Fadhilah
Kalau berbicara mengenai scene rock dan metal di Indonesia secara lebih mengakar, sepertinya kita tidak bisa melewatkan nama dan jasa Waiting Room begitu saja. Sebab, band yang dianggap sebagai salah satu pionir ska punk ini memiliki kiprah yang fenomenal selama hikayatnya.
Waiting Room pada awalnya mengusung konsep post-hardcore ala Fugazi dengan sering membawakan cover lagu-lagu Fugazi. Tentunya itu sudah sangat jelas, mengingat bahwa nama band mereka yang diambil pun memang dari salah satu lagu band asal Washington D.C. tersebut. Namun seiring berjalannya waktu, mereka berevolusi dari genre tersebut ke berbagai cabang musik yang lain, macam ska sampai acid jazz.
Awal karir

Band ini terbentuk pada tahun 1994 dengan formasi Eka Annash (vokal), Lukman alias Buluk (vokal), Irfanno Muhammad (gitar), Ivan ‘Ibob’ Riatsyah (bas), Albert Kurniawan (gitar), dan Chandra ‘Ican’ Krisna (drum). Seperti yang disebutkan di awal pembahasan tadi, Waiting Room memang mengawali kiprahnya sebagai grup musik yang memiliki konsep post-hardcore ala Fugazi, namun seiring perkembangan selera musik yang terbentuk di dalam bandnya sendiri, mereka juga mengambil pengaruh dari band-band ska punk semisal Operation Ivy, Murphy’s Law, The Mighty Mighty Bosstones hingga The Specials.
Seluruh paduan tumpah ruah influence musik itu terdengar jelas di album debut mereka yang dirilis pada tahun 1997. Meski albumnya self-titled, karena sampulnya bergambarkan sosok buaya yang ikonik, album ini lebih dikenal banyak orang dengan tajuk “Buaya Ska”. Album yang mereka garap secara mandiri ini merupakan salah satu rilisan seminal untuk kancah musik underground di Indonesia. Album ini diproduksi oleh label asal Bandung (yang sebetulnya tempat pressing-nya juga), Tropic Records.
Pada masanya, Waiting Room adalah salah satu band penyulut obor laga musik independen yang sedang berkembang biak untuk semakin membara. Bersama dengan band-band sejawat seperti PAS, Puppen, Pestolaer, Burgerkill dan Koil, Waiting Room rajin bergeliat untuk menjelajahi berbagai panggung sebagai torehan eksistensi mereka. Mulai dari beragam bazaar sekolahan sampai sesaknya Poster Cafe, semua macam acara musik banyak yang mereka libas. Bahkan mereka pun sempat bermain di perhelatan musik underground akbar kota Bandung, Hoolabaloo 2.
Baca juga: Rich Music Playlist Vol. 5: Lukman “Buluk” Laksmana
Pergantian personil dan genre musik

Di perjalanan karirnya sebelum mereka bubar, beberapa personel memutuskan untuk hengkang dari Waiting Room demi berbagai keperluan pribadinya. Albert Kurniawan keluar dari band di tengah proses rekaman album debut demi melanjutkan studinya di Amerika. Disusul dengan kepergian Eka Annash dari band untuk keperluan yang sama; melanjutkan pendidikan ke Australia. Untuk mengisi kekosongan vokal, Surya Nano didaulat untuk menggantikan posisi Eka di Waiting Room.
Selain itu pada lini penabuh drum pun selanjutnya diisi oleh Akbar. Pasca masuknya Akbar, Juan pun keluar dari band dan digantikan kembali oleh Dadi. Disusul masuknya Giox sebagai pengisi perkusi. Akibat perombakan formasi yang sporadik tersebut, Waiting Room memutuskan untuk vakum pada tahun 1996.
Di tahun 1999, Waiting Room tiba-tiba kembali menggebarak dengan album Propaganda. Lewat album ini, mereka melakukan eksperimen yang cukup liar. Mereka memilih untuk keluar dari lajur ska dan justru padat akan elemen funk, jazz, rock, hip-hop serta gaya vokal rapping bersahutan antara Buluk dan Nano.

Namun tak lama dari rilisnya album ini, di tahun 2000-an awal Waiting Room pun memutuskan untuk selesai. Pasca bubarnya tersebut, Dadi, Giox, Buluk, dan Akbar membentuk Superglad.
Album reissue Buaya Ska

Di tahun 2013, mereka sempat melakukan reuni kecil-kecilan dan manggung di Rolling Stone Cafe Jakarta Selatan dengan konsep klasik mereka; membawakan cover tribute kepada band yang mengilhami nama mereka, Fugazi. Tujuh tahun setelahnya, album Buaya Ska dihidupkan kembali oleh Sabda Nada Records dalam format kaset dan CD.
Meskipun tak berumur panjang, Waiting Room merupakan salah satu pahlawan di ranah musik arus bawah yang legacy-nya tetap terasa di berbagai segmen kancah rock nasional. Lantaran, beberapa personilnya pun masih aktif di kancah musik dan tentunya, lagu-lagu mereka pun terbilang legendaris dan menginspirasi banyak orang untuk berkarya.