The Rang Rangs: “Mainin Indie Pop Mah Kegampangan, Mending Main Punk Rock Lah!”

Kehadiran musisi atau band muda yang memainkan musik yang bisa dibilang “sedang tidak diminati” oleh arus sidestream di scene hari ini adalah hal bagai pisau bermata dua. Di satu sisi, mereka mungkin tidak akan mendapatkan eksposur & panggung yang cukup karena memang selera scene sedang tidak bernafsu ke genre itu. Namun di sisi yang lain, cukup menyegarkan bahwa masih ada musisi muda yang ingin melakukan hal yang berbeda diantara kolega mereka yang sedang keranjingan selera musik hari ini.

Ayo kita kenalan sama The Rang Rangs. Mereka ada trio punk rock asal/pop punk asal Bekasi yang sedang gencar-gencarnya bermain di banyak micro gig maupun mid-level gig. Jenis apapun dihajar terus sama mereka. Satu hal yang menarik adalah kepribadian yang sangat enerjik dari setiap personilnya membuat The Rang Rangs mudah diingat oleh banyak penonton gig sebagai band “punk yang hiperaktif bernutrisi tinggi.” Kita akhirnya memutuskan untuk bertemu mereka & ngobrol banyak hal seputar musik mereka & kenapa mereka milih main musik punk rock dibanding indie pop.

Mika (MA) : Bass & Vokal

Miko (MO) : Gitar & Vokal

Raka (RA) : Drum

Rangrang1
Kiri Ke Kanan: Miko, Raka, Dan Mika /Via Dokumen Rich Music

 

Kok bisa sih dapet nama The Rang Rangs? Itu namanya keren sama catchy banget sih. Ada cerita dibalik nama itu?

RA: Itu bisa diceritain sama Miko

MO: Jadi gini, sebelumnya kan gue sama “mantan” gue jalan nih ke Dufan, trus setelah gue naik Kora-Kora dan Tornado,  gue muntah abis abisan tuh. Nah disamping muntahan gue itu ada semut-semut rangrang gitu sekelebat menghampiri dan kebetulan gue juga lagi bikin band lagi kan sama Raka dan Mika, langsung aja spontan kepikiran ” kalo nama band ada pengulangan kata kaya The Ting-Tings keren kali ya.” Nah gue coba deh tuh pake nama The Rang-Rangs ditulis di notes handphone. Eh iya ternyata keren juga ya (tertawa)

MA: The Ting-Tings gila sih!

Kenapa The Rang Rangs milih mainin pop punk/punk rock nih? Padahal banyak band muda yang muncul dan memilih buat main musik yang lebih digemari pendengar utama scene sidestream seperti indie pop atau stoner rock gitu?

MO: Wadow (tertawa)

MA: Raka jawab lu!

RA: Ya karena indie pop terlalu mudah ya jadi gua main punk rock

MO : Anj*ng! (tertawa)

RA: Biar mirip Travis gitu (tertawa)

MA: Travis McCoy? Rapper dong lu

RA: Travis yang nyanyi Closer. Keren yak.

MO: Rak jawaban lu kok sompral sih anj*ng gua setuju banget (tertawa). Oh iya kalo mau main rock stoner ato rock ganteng gitu ga bisa, rambut gua ga gondrong. Raka bisa sih kayaknya. Raka doang tuh yang gondrong b*jinya

RA: Punya gua rontai! (tertawa)

MO: Ya apaan ya, karena kita suka aja. Klise sih jawabannya tapi emang ga perlu alesan khusus kenapa buat main punk rock

MA: Sepakat!

Lagu-lagu kalian durasinya ngebut juga ya. Kita pernah nonton kalian live bawain hampir 15 – 20 lagu dalam durasi dibawah 60 menit. Apa emang sengaja dibikin gitu atau ada penjelasan proses kreatif dibalik itu?

MO: Kasih tau dong, Rak!

MA: Yoi biar drummer kita bisa gaya-gayaan maksimal

MO: Bergaya maksimal!

RA: Nah itu sih. Gua ga suka bertele-tele sih. Langsung to the point aja gitu (tertawa)

MA: Tapi kalo nulis lagu kadang ada yang ditambahin gitu bagiannya. Kadang kalo abis ditambahin malah jadi aneh, ya mending yang tambahannya jadi lagu baru aja sekalian (tertawa)

MO: Kalo kata Descendents mah “To play hard & play fast, we must sacrifice”. Bermain cepat adalah pengorbanan.

RA: Pengorbanan fisik ya. Berhubung gua ama Miko sangat tambun

MO: Ah jawaban gue sompral juga. Gatau pengorbanan apaan (tertawa)

MA: Geblek! Korbanin lemak biar lu berdua kurus!

MO: Ini jawab serius deh. Biasanya tergantung juga tema lagu apa yang kita bikin, sehabis itu baru deh disesuaikan sama musiknya enaknya kaya gimana. Bener kata Raka emang lebih enak to the point sih, biar pesannya lebih cepat nyampe ke pendengar, walaupun emang durasinya jadi cepet. Gitu dah (tertawa)

Kita kagum sama penulisan lirik kalian yang hampir semuanya berbahasa Indonesia. Sangat mengingatkan kita ke band Kebunku yang lirik lagu-lagunya di satu sisi slebor tapi sangat jujur karena menggunakan bahasa Indonesia. Darimana datengnya inspirasi lagu-lagu kalian & ada proses kreatif yang bisa diceritain tentang penulisan lirik?

RA: Kalo penulisan lirik biasanya kita kumpul bertiga buat mengumpulkan tema dari cerita sehari-hari kita kalo ada tema yg oke langsung kita buat tuh liriknya

MA: Ah masya sih gong~

RA: Asli. Kayak lagu Kau Kobam yang ditulis setelah kejadian gue mendadak mengencani gadis skena setelah gigs (Tertawa)

MA: Kalo liriknya pake bahasa Indonesia ya biar gampang dinyanyiin aja gitu. Pake Inggris susah milih katanya.

MO: Nambahin Raka dehh, buat pemilihan tema untuk sekarang ini banyak kita ambil dari momen sehari-hari sih. Proses pengulikan tema ini hal yang paling gue sukain, apalagi banyak cerita yang lucu yang didapet sama kita. Contohnya lagu “Sejuknya Mobil Bapakmu”. Berdasarkan pengalaman pribadi gue yang diturunin di pinggir tol sama mantan gue karena ketiduran di jalan dan dia yang nyetir. Doi berasa supir pribadi kali ye (tertawa). Ya proses kreatif kek gitu menyenangkan lah.

Video klip buat lagu Kuingin Bersamamu bodor juga tuh. Gimana awal konsep bikin videonya & talent perempuannya kok familiar gitu ya mukanya, ada alasan khusus kenapa terhadap pemilihan talent video klipnya?

MA: Karena dia banyak followers Instagramnya. Dan dia mantannya si Raka jadi bisa buka obrolan awalnya. Ye kan Rak? (tertawa)

RA: Bangs*t! Iya dulu sebelum kayak Cindy Lauper

MA: Sebelum sama gitarisnya Heals (tertawa). Kalo buat konsep itu dikasih sama Jimi (The Upstairs/Morfem) & Agung Hartamurti. Mereka turut andil dalam proses produksi juga. Kerjasama yang ciamik bagai Tsubasa & Misaki!

[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=zI7McX9ZiPQ[/embedyt]

Menurut kalian gimana kondisi scene & ekosistem musik pop punk/punk rock di Indonesia hari ini? Apa masih relevan untuk banyak pendengar atau kalian punya opini sendiri?

MO: Menurut gue sama aja sih, ngga ada yang berubah. Kita sih karena senang sama musik ini ya bagaimana pun scene-nya ya masih tetep kita mainin. Semangat The Rang-Rangs tetep punk rock. Relevan ya tetap relevan, semua balik lagi ke karya dari band nya sih.

Serius juga jawabannya ya. Sekarang kita mau ngasih kalian pertanyaan pilihan & kalian harus pilih satu

Descendents/The Queers

RA: Descendents dah. Banyak menginspirasi kisah cinta gue (tertawa)

MO: Descendents! Sepakat ama Raka, terus gue belajar main musik beneran dari mereka & karyanya inspiratif banget

MA: The Queers dah! Sompral mania!

Manggung di Synchronize Fest/Soundrenaline

MA: Buset. Kalo dua-duanya boleh ga sih? (tertawa)

RA: Ya dua-duanya (tertawa)

MO: Soundrenaline dah. Soundrenaline merusuh!

RA: Yaudah Soundre dah

MO: Gimana kalo Mika & Raka ambil Synchro aja biar adil (tertawa)

MA: Synchro deh. Abis dari Synchro ke Soundre (tertawa)

Cewe yang dengerin indie pop/punk rock

RA: Indie pop dah. Biasanya lebih cakep (tertawa)

MO: Indie pop deh. Pasti wangi kalo boncengan motor. Tapi dia yang bawa (tertawa)

MA: Indie pop dah. Lucu kalo ketawa pasti nutupin mulut gitu kyk malu-malu!

*Dengarkan musik The Rang-Rangs disini : https://therangrangs.bandcamp.com/

Sumber foto: Instagram/@therangrangs

Related Articles

Back to top button