Surat Ucapan Terima Kasih Untuk MxPx Yang Baru Saja Berulang Tahun Ke-28

Mungkin setiap orang punya satu hal yang berkesan dalam hidupnya. Hal itu bisa berupa apa saja. Mau itu dalam bentuk seseorang yang tersayang, benda kesukaan, kenangan akan suatu kejadian, bahkan hal-hal kecil yang pernah terjadi di dalam kehidupan seseorang. Kalau menggunakan konteks pemain atau pendengar musik, biasanya satu orang punya satu band yang berkesan bagi hidupnya. Nah, bagi saya band itu adalah MxPx.

Lagu-lagu dari band punk asal Bremerton, AS ini seringkali menemani saya di beberapa momen hidup saya, terutama ketika masih duduk di bangku sekolah. Padahal perkenalan saya dengan MxPx bisa dibilang cukup telat. Saat itu, saya sudah lebih dulu mengenal band-band seperti Ramones, NOFX, Sendal Jepit, sampai Nudist Island. Sampai akhirnya seorang teman memberi pinjam kaset MxPx yang berjudul Life In General kepada saya. Sejak mendengarkan kaset itulah, saya mulai jatuh cinta dengan band punk yang taat beribadah ke gereja itu.
Karena MxPx baru saja berulang tahun yang ke-28 kemarin, saya ingin mendedikasikan tulisan ini sekaligus berterima kasih kepada mereka yang lagu-lagunya sudah menemani saya selama ini. Sebetulnya ada banyak momen yang saya ingin ceritakan, tapi saya akan ceritakan sedikit saja. Nanti malah curcol jatuhnya, friend.
Terima kasih MxPx karena sudah menulis lagu Doing Time yang membuat saya yakin kalau hidup itu cuma sekali dan terlalu pendek untuk dilewatkan dengan tidak bersenang-senang. Lagu ini pun terasa aing banget karena ada bagian “I never did homework after school, did all the things I thought were cool. Went out every Friday night. I still do it and I’m alright.”

Terima kasih MxPx karena sudah menulis lagu Buildings Tumble, Today Is In My Way, dan The Final Slowdance yang menemani saya ketika sedang galau akan percintaan di bangku sekolah. Lagu-lagu tersebut bagaikan mantra bagi saya untuk larut dalam kesedihan romansa anak sekolah yang kalau dipikir-pikir mah geuleuh juga. Tapi yaaa, lagu-lagu tersebut juga jadi semacam soundtrack yang selalu menemani saya ketika teman-teman yang lain tidak mengerti apa yang saya rasakan waktu itu.

Terima kasih MxPx karena sudah menyempatkan waktunya untuk tur ke Jakarta di tahun 2008 silam. Konser yang dibuka oleh Fornufan, Superman Is Dead, dan Rocket Rockers tersebut menjadi titik balik saya untuk kembali bermain musik di sebuah band. Dua tahun sebelum konser itu, saya dihantam secara verbal dan fisik oleh suatu gerombolan yang dulunya saya anggap sebagai “teman”. Yep, memori tentang hinaan dan tekanan mental oleh gerombolan tersebut itu masih tidak bisa hilang dari kepala saya sampai sekarang. Dari semua permasalahan yang menyebabkan tragedi itu terjadi, ada salah satu alasan konyol kenapa mereka nggak suka sama saya. Yakni karena saya terlihat sok asik di sekolah karena sering mengenakan sweater MxPx waktu itu. Nggak tahu kenapa, padahal mereka yang ngagulung saya di masa itu juga terkenal sebagai barudak melodic di lingkungan rumah dan sekolahnya. Tuh ‘kan jadi panjang curhatnya. Yang pasti, konser MxPx di tahun 2008 itu membuat saya ingin kembali main musik dan membuat saya yakin kalau punk rock adalah satu hal yang membuat saya merasa lebih hidup.

Terima kasih MxPx karena sudah membuat album Secret Weapon ketika saya mulai kecewa dengan sound di album Before Everything and After dan Panic. Walau kedua album tersebut mempunyai keunggulannya sendiri, saya yang sok ngerti musik ini merasa ada yang kurang sreg dari dua album itu. Saya pun sempat kesal kenapa mereka harus merubah sound seperti itu. Tapi ketika mendengarkan Secret Weapon dengan seksama, saya pun kembali percaya kalau MxPx masih keren dan masih bisa membuat lagu punk rock yang berkualitas. Meski sebetulnya album-album berikutnya masih terasa generik. Maybe it’s just simply because of my old John ears.
Terima kasih MxPx karena masih menjadi band punk yang memiliki citra positif sampai hari ini. Karena ketika saya membandingkan MxPx dengan band-band koleganya yang seangkatan, saya rasa MxPx masih menjaga citra ‘anak baik’ mereka sampai hari ini. Menurut saya, itu hal yang keren. Ya lihat aja deh sendiri, kancah musik punk kerap kali identik dengan kekacauan, perilaku buruk dan sifat apatis nan nihilis di citra personil band-nya maupun di karya-karyanya. Untuk aspek ini, MxPx telah berhasil menjadi keren dengan tetap menjadi anak yang baik.
Sekali lagi, saya ingin berterima kasih kepada MxPx yang masih aktif dan tetap berkarya sejauh ini. Terima kasih MxPx. Terima kasih telah menjadi salah satu bagian penting dari hidup saya. MxPx rules.
