Skill Is (Not Actually) Dead: Menguak Mitos Tentang Musisi Punk Rock Yang Katanya “Nggak Ber-skill”

Nggak tahu karena emang dipopulerkan sama Teenage Death Star atau memang punya unsur magis tersendiri, dua dekade ke belakang ini jargon “skill is dead” jadi istilah favorit bagi para musisi yang rata-rata main di band rock amatir. Lebih spesifik sih, celotehan seputar jargon itu selalu muncul ketika saya ngobrol sama band-band punk. Lucunya, kalau di ranah punk istilah itu nggak hanya diresapi sama band baru doang. Tapi nggak sedikit band-band yang sudah punya jam terbang tinggi dan bereputasi oke juga masih memegang teguh istilah itu. Gokil sih.
Ngomongin “skill is dead” dan punk rock, konon ada mitos turun temurun tentang teknis dan etis performance yang selalu menyelimuti punk rock. Katanya sih kalau sebuah band punk pas main terasa “rapi” dan “jago”, itu nggak punk rock banget. Malahan kalau ada band punk yang “berantakan” dan total ugal-ugalan, itu dianggap punk rock. Heran nggak, friend? Fenomena ini nggak cuma jadi anggapan dari satu kancah doang lho. Seringkali anggapan mitos ini jadi celotehan dari para pelaku di kancah musik lain ketika mengomentari suatu band yang manggungnya agak ngehe. Hmmm kenapa ya?
Kalau dirunut dari titik awalnya, kelumrahan aksi “skill is dead” ini dipopulerkan oleh band-band punk rock era awal di Inggris. Contoh definitifnya adalah Sex Pistols. Siapa sih yang nggak tahu sosok bassist kedua dan salah satu personil Sex Pistols yang paling terkenal bernama Sid Vicious? Sosok Sid yang terkenal karena aksi panggungnya yang ugal-ugalan dan kemampuan bermain bassnya yang kurang banget dibandingin sama Glenn Matlock (bassist pertama Sex Pistols) malah jadi ikonik dengan segala kekurangannya.

Ya singkatnya, Sid Vicious adalah ambassador yang cocok untuk istilah “skill is dead”. Tapi kalau dikulik-kulik lagi lebih dalem, sebenernya nggak mayoritas band punk di era awal itu skill-nya jelek juga sih. Band-band kayak Buzzcocks dan Stiff Little Finger malahan punya kemampuan bermusik yang keren banget dan mereka tetep punk rock tuh.

Nah, yang jadi pertanyaan besarnya adalah: Kok malahan citra ambyar dan “skill is dead” ala Sid Vicious yang lebih diglorifikasi?
Merujuk ke suatu pembahasan di buku “The Aesthetics Of Punk Rock” milik Jesse Prinz, identitas musik punk rock yang terbentuk untuk mengutamakan citra dan attitude-lah yang akhirnya menggeser aspek teknis musik sebagai prioritas nomor sekian dalam “nilai estetika” musik punk rock. Sebagai musik yang konon diposisikan sebagai musik antitesis bagi segala jenis musik rock, musik punk rock memang mencoba untuk mengolok-ngolok atau malahan mengambil jalur teknis alternatif sebagai bentuk perlawanannya. Nah berkaitan dengan Sid Vicious dan fenomena “skill is dead”, citra dan mentalitas tersebut dianggap banyak orang dari berbagai generasi sebagai identitas yang paling cocok untuk punk rock yang konon menjunjung tinggi nihilisme dan anti-glamour. Jadi ya, aksi panggung yang kesannya bermain musik asal-asalan dan alakadarnya adalah tindakan perlawanan terhadap citra keren dari bermain musik dan segala teknik-teknik permainannya.

Jujur, saya sebetulnya nggak sepenuhnya setuju dengan over-glorifikasi istilah “skill is dead”. Karena pada dasarnya, musik yang dimainkan itu harus mempunyai aspek menghibur dan relatable dengan penonton atau pendengar. Bukan bermaksud mendukung selling out yang membabi buta, tapi cukup disayangkan kalau pesan yang tersirat dalam satu lagu punk rock itu hilang begitu saja karena mengutamakan aksi atau skill penampilan panggung yang destruktif. Yaaa, kecuali kalau band punk rock tersebut memang maunya seperti itu. Karena kembali lagi, konsep bermusik mah emang gimana band-nya. Just saying.
Saya rasa konsep punk rock itu adalah suatu konsep yang dinamis. Definisi konsep tersebut selalu punya pembaharuan dan aspek bahasan yang terus berkembang dari zaman ke zaman. Tentunya dengan satu semangat perlawanan dan attitude total f**k you yang nuansanya selalu terasa kental di berbagai jenis variasi konsepnya. Jadi tinggal pilih aja mau konsep punk rock seperti apa yang ingin ditampilkan. Tapi tentunya, apapun konsep punk rock yang dipilih, just be true to yourself.