Sembilan Band Paling Ugal-ugalan di Ranah Lokal

Sebuah band mungkin rasanya kurang sah jika disebut ‘ugal-ugalan’ ketika hanya menilai dari segi lirik atau kualitas rekaman semata. Berbagai gimmick hingga aksi panggung tentu menjadi syarat lebih. Jika berbicara di ranah lokal, band dengan kaidah ‘ugal-ugalan’ merupakan sesuatu yang menarik untuk dibahas, mengingat geliat mereka cukup mewarnai dunia permusikan kancah lokal.
Hal itu terasa ketika melihat beberapa band berikut yang memang memiliki karakter serta geliat absurd ketika mempresentasikan musiknya sebagai band. Mungkin, awalnya mereka nggak ngeband atas nama keren-kerenan dan hanya ingin mengekspresikan apa yang mereka sukai di atas panggung, tapi pada akhirnya hal itu justru malah menempatkan mereka pada tingkat kekerenannya sendiri. Gokil, friend!
Kira-kira band ugal-ugalan apa aja ya yang ada di ranah lokal? Yuk, simak daftar berikut ini, friend!
Harapan Jaya

Band paling rock n’ roll dengan dandanan yang biasa aja rasanya akan jatuh pada band yang didirikan pada akhir tahun 90-an ini. Harapan Jaya, band dengan formasi awal Alvin (vokal), Eddi Brokoli (vokal), Juned (gitar), Ogie (gitar), Ape (bass) dan Upiet (drum). Mereka juga disebut-sebut sebagai band yang mempelopori gimmick ‘meng-antagonis-kan’ penonton lewat stage banter mereka.
Lagu-lagunya tentu memiliki narasi jenaka, kalian dapat mendengar pada album mereka yang berjudul DEMI IBU PERTIWI (2000), melalui trek-trek seperti Kripik Singkong, Batu Berguling, Stress dan PERSIB. Selain secara narasi, mereka juga dikenal memiliki aksi panggung yang kocak. Mulai dari berguling-guling, saling ejek antar personel, hingga peran Eddi sebagai vokalis ‘gimmick’. Sebuah penerapan rock n’ roll yang diamalkan secara suka ria lahir dan batin.
Mesin Tempur

Meskipun mereka memainkan musik grindcore yang terkesan seram nan brutal, tapi Mesin Tempur justru menunjukan hal yang terbalik ketika membuat citranya. 666% ngaco! Tidak ada yang sebenarnya menyeramkan dari mereka kecuali topeng tengkorak yang mereka biasa kenakan di atas panggung.
Jika melihat dari katalog musiknya, rasanya ke-absurd-an mereka sudah kentara terlihat. Nyatanya nggak sampai di situ, dalam aksi panggungnya pun mereka sering melakukan hal yang sama konyolnya. Berbagai macam guyonan sering kali mereka lontarkan di atas panggung. Jika kebanyakan band melemparkan stiker sebagai benda yang dibagikan kepada para penonton, Mesin Tempur memilih berbagai cemilan, mie instan, sampai pakaian dalam. Dan yang lebih absurd lagi, mereka selalu membawa ayam jago sebagai maskot di atas panggung. Mega-absurd, friend!
Baca Juga: Mari Belajar Kaidah Rock Ugal-ugalan Yang Baik dan Benar Dari Muchos Libre
Muchos Libre

Jika G.G Allin bereinkarnasi menjadi versi yang lebih santun, maka (beliau) akan menjelma menjadi duo nyeleneh asal Bandung ini. Muchos Libre, unit garage rock serampangan yang sering melakukan aksi-aksi absurd. Kebrengsekan mereka di atas panggung dijamin membuat penonton tertawa terbahak-bahak atau minimal tersenyum kecut sambil berpikir “ada ya band kayak mereka?”.
Perlu diakui bahwa mereka memang melakukan kaidah ugal-ugalan secara total. Aksi live-nya pun menunjukan demikian. Salah satu yang paling absurd adalah ketika mereka manggung di sebuah skatepark, dan salah satu dari vokalis mereka secara tiba-tiba lari dari atas panggung ke arah pintu keluar dan langsung naik angkutan kota (angkot) dengan masih menggunakan atribut manggung. Total ngaco!

The Brandals

Band yang mengawali kiprahnya di arus independen pada awal tahun 2000-an ini kayaknya sudah layak untuk dikatakan legenda jika berbicara mengenai band ‘ugal-ugalan’ untuk kancah lokal. Bagaimana tidak? The Brandals mengamalkan kaidah rock n’ roll dengan sangat khusyuk, satu paket dengan reseknya. Kamu dapat melihat kegilaan mereka ketika menjejali panggung ke panggung lewat dokumenter pendek berikut.

Terapi Urine

Satu lagi band grindcore dengan kemasan komedi lewat karya-karyanya, baik itu tema lagu atau pun liriknya. Terapi Urine sering kali menampakan dirinya dengan kostum-kostum tak lazim, seperti rompi proyek (safety vest) hingga worksuit seragam. Dan hal paling tak lazim yang mereka lakukan sepanjang sejarah belantika musik di Indonesia adalah; merilis album berjudul ‘Petenteng’ berisikan sembilan trek via akun instagram dengan seluruh lagu berdurasi kurang dari satu menit. Mengapa semuanya berdurasi di bawah satu menit? Namanya juga grindcore!
TaRRkam

Kuartet hardcore kebut-kebutan asal Jakarta mendeskripsikan dirinya sebagai pengantar “kebinatangan-core”. TaRRkam nyatanya berhasil membawakan tembang-tembang liar bertema nyeleneh dengan ketukan ngebut yang dijamin memuaskan haserta ber-moshing ria kamu. Harus dimasukan daftar band lokal yang wajib didatangi gigs-nya nih, friend!
Southern Beach Terror

Unit surf rock yang lebih hardcore dari pada band surf rock lokal mana pun saya rasa akan jatuh kepada Southern Beach Terror. Lain dengan nama-nama surf rock tradisional (tanpa vokal) yang biasanya menghipnotis penonton dengan musik ala irama pantai dalam dentuman musik rock, mereka justru lebih condong mengedepankan interaksi layaknya band-band hardcore jika berada di atas panggung. Mereka coba menunjukan kengerian teror pantai selatan melalui gimmick topeng ala bajak laut.
Baca juga: Lima Benda Absurd Ini Pernah Dilempar ke Atas Panggung
The Kuda

Unit punk yang doyan memainkan lagu-lagu beirama irit, The Kuda, memang termasuk band yang brengsek asal kota Bogor. Adipati dan kolega menjadikan Black Flag bereinkarnasi di Kota Hujan namun dengan kearifan D.R.I era Dealing With It! dari segi durasinya. Memainkan lagu-lagu dengan lirik yang bahkan mereka sendiri tak memahaminya selain sang penulis lirik, Adipati.
Teenage Death Star

Kalau yang satu ini nggak perlu dipertanyakan lagi, friends! Teenage Death Star, band yang bahkan lebih bagus namanya ketimbang musiknya ini memang total ugal-ugalan ketika menggagahi panggung. Aksi gila sering mereka terapkan. Dalam penampilan live-nya, “skill is dead. fuck skill, let’s rock!” yang menjadi jargon andalan mereka nyatanya benar-benar diamalkan dengan baik. Sang juru vokal, Dandi Achmad Ramdani alias Sir Dandy mengatakan terbentuknya TDS pun atas dasar alasan bersenang-senang. Bila tidak berhasil menghibur orang lain setidaknya menghibur diri sendiri.