Review: Grace – Womb of Sludge (Single, 2022)

Saya mungkin tidak tahu bagaimana kiprah Grace sebelumnya, namun konon, dirilisnya “Womb of Sludge” merupakan laga comeback mereka dengan spirit dan beberapa wajah baru. Jika benar, maka hanya satu yang saya ingin ungkapkan kepada unit hardcore asal Tulungagung ini; single ini merupakan laga comeback yang epik.
Sebagai intermezzo, belakangan ini saya tengah jengah dengan selera musik saya sendiri. Terbiasa menjejali telinga dengan musik-musik keras membuat saya tak luput dari wave yang daya dobraknya tengah amat kencang di kancah musik rock cutting-edge lokal maupun internasional hari ini; hardcore.
Meskipun banyak band-band hardcore jempolan yang lahir hari ini, namun terkadang rasa jengah tersebut masih saja hinggap, hingga akhirnya saya memutuskan untuk menoleh kembali ke belakang–selera saya di tahun 2000-an terhadap musik metalcore dan emo era itu.
Saya banyak kembali mendengarkan band-band metalcore di era 2000-an, nama-nama seperti Poison The Well, Misery Signals, Hopesfall atau Eighteen Visions pun turut memenuhi daftar putar harian saya. Namun, menelisik lebih dalam tren musik hari ini, nyatanya tak sedikit pula band-band yang muncul dengan estetika musik metalcore klasik. Jika berbicara ranah internasional, nama seperti SeeYouSpaceCowboy, Wristmeetrazor hingga–yang terakhir saya temukan dan jadi favorit–Foreign Hands juga masih menyuguhkan nuansa yang sama dan dengan mudah lagu-lagunya langsung bersemayam di telinga.

Di ranah lokal juga sebenarnya tak sedikit band-band yang menyuguhkan nuansa musik metalcore klasik, nama-nama semisal .numbers (Bandung), Punitive (Bandung) atau Vermins (Bali) misalnya. Rilisan mereka cukup memikat saya untuk kembali mendengarkan hardcore di ‘lajur’ yang berbeda tersebut.

Ketika saya menemukan Grace dengan “Womb of Sludge”-nya, seketika mata saya langsung terhunus oleh cover-nya yang memiliki aura kuat akan band-band era Hellfest (Amerika). Saya memang tak pandai menilai sesuatu dari sampulnya–memang dalam banyak kasus, baiknya tidak seperti itu. Namun entah mengapa, seketika sampulnya menuntun saya menuju laman Bandcamp mereka dan menuntaskan “Womb of Sludge” dari detik pertama hingga akhir.

Setelah usai mendengarkan satu trek penuh, nyatanya dugaan saya di awal tak salah. Bagaikan menemukan (satu lagI) duri dalam tumpukan jerami. Mereka menyuguhkan sesuatu yang nostaljik namun juga terobosan bagi para fans metalcore (bahkan yang kacangan seperti saya) dalam lagu ini. Agresifnya hardcore dengan tema kelam, diikuti nyanyian lirih di potongan lagu, begitu mengingatkan saya pada band-band metalcore akhir 90-an hingga awal 2000-an. Benar-benar tepat sasaran.
Selain itu, saya suka bagaimana mereka mengungkapkan sebuah kemustahilan yang jujur dari lubuk hati terdalam tanpa terdengar merengek–justru sebaliknya, memberi hantaman keras yang tepat memukul ulu hati–tanpa basa-basi dan telak. Formula yang selalu berhasil untuk memantik kemarahan dan renungan secara bersamaan.

“Womb of Sludge” tak bergemuruh begitu lama hingga cukup untuk kalian mengakhirinya di tengah-tengah lagu. Durasi kurang dari dua menit cukup bagi mereka untuk memuntahkan semuanya tanpa sisa. Lirik, musik, durasi, suara, semuanya berpadu dalam satu hantaman emosi yang membuatnya membekas bagi para pendengarnya. Membabi buta, namun juga lirih di beberapa titik.
Hal yang saya harapkan dari Grace saat ini hanyalah produktivitas mereka dan konsistensinya untuk terus bergerilya di lajur yang mereka pilih saat ini pasca comeback. Satu tanggung jawab yang perlu mereka pikul pasca rilisnya single ini yaitu; ke depannya rilisan-rilisannya harus sama memuaskannya, atau bahkan lebih.
Dengarkan “Womb of Sludge” di Bandcamp mereka dengan klik link di sini, friend!
Verdict: 4.5/5