Review Album Polyester Embassy – “Evol”
"Evol" berhasil membuat terpukau sejak pertama kali rilis hingga hari ini dengan segenap aransemen, lirik, dan pasca produksi yang jauh lebih matang.

Entah saya saja yang merasakan atau kalian juga, tapi album Polyester Embassy terbaru berjudul Evol ini adalah yang paling ringan dinikmati secara penuh tanpa sedikitpun meninggalkan rasa bosan. Menariknya, mereka tetap dibaluri identitas musik yang berhasil membawa saya kabur ke dimensi lain. Apalagi, mereka kali ini bereksperimen dengan menghasilkan dua lagu berbahasa Indonesia, “Parak” dan “Kerai”.
Pembuktian lainnya juga terletak dari kepiawaian unit asal Bandung ini, menyajikan komposisi kompleks nan kreatif, namun dengan cara yang efektif. Sehingga terkesan rumit tetapi masih dalam porsi yang sangat pas lantaran cerdik meramu dinamika dan harmoni.
Coba simak bagaimana mereka meracik itu semua pada lagu “Kerai”. Pertama, Polyester Embassy berhasil selundupkan sejumlah elemen kecil yang apik seperti stick drum yang terus ditabuh pada pinggir drum kit di bagian verse. Salah satu part paling eargasm yang ada di album ini sehingga memantik anggukan kepala yang konstan.
Tak sampai di situ, di menit 2:12 hingga 3:42 hujaman instrumen saling berpadu menciptakan atraksi yang sangat memikat. Semua itu meliputi aksi drum yang mampu memberi aksen sangat dramatis dan permainan atmosfer dari gitar yang kian klimaks. Tak ayal ketika itu berakhir, sontak tak sengaja bibir saya lantas melontarkan “Anjeeeerrrr!”. Dan tak kalah mengejutkan, yakni bagian outro yang menghidangkan rekaman raw berisikan pembakaran sebatang rokok yang kemudian dilanjutkan dengan ‘genjrengan’ gitar akustik.
Selain itu, kepandaian meracik suasana juga terjadi di lagu “Ruins ( II )”. Semenjak lagu ini berotasi pada detik pertama saja, saya langsung jatuh cinta dengan permainan harmoni yang diciptakan. Apalagi, itu semua juga disertai dengan efek vokal yang melebar seakan mengitari seisi kepala.
Meskipun, pada awalnya saya bertanya-tanya mengapa lagu ini tetap ditambah instrumen drum karena takut memerkosa kesyahduannya. Ternyata, ketakutan itu lantas ditebas dengan pattern drum yang justru memberi nyawa lebih ke lagunya. Alur lagu juga tak dibiarkan mereka berjalan datar begitu saja. Menuju paruh akhir mereka berhasil mengubah sedikit mood menjadi kian memuncak. Suasana seolah berubah dari yang syahdu menjadi seru meski tetap terasa damai.
Dua pembahasan lagu di atas hanyalah sebagian representasi dari apa yang saya bicarakan pada paragraf kedua. 6 track lainnya tentu juga dapat mengundang kekaguman kalian dengan album ini. Contohnya adalah saya yang terpukau sejak pertama kali rilis hingga hari ini dengan segenap aransemen, lirik, dan pasca produksi yang jauh lebih matang ketimbang karya-karya sebelumnya.
Buktikan sendiri jika tidak percaya.