RICH FEATURESRICH HIGHLIGHTS

Prejudize: Ledakan Baru di Kancah Hardcore Lokal

Teks: Reza Ilham

“Bandung lagi, Bandung lagi”, salah satu komentar yang saya temukan di salah satu kolom komentar sebuah media ketika mereka hendak melakukan review band. Tapi mau gimana lagi? Nyatanya, Bandung memang tidak pernah kehabisan angin segar di segala lini kancah musiknya. Mulai dari pop punk, indie pop, sampai hardcore punk sekalipun kerap kali aktif mengeluarkan wajah baru sebagai bentuk regenerasinya.

Berbicara soal kancah musik hardcore di kota Bandung, beberapa tahun ke belakang mulai banyak band-band muda bermunculan dan memberikan kualitas musik yang sangat mumpuni. Sebut saja band-band seperti Vibrant dan Bleach. Dan kini telah hadir pula aksi hardcore belia yang terhangat, yaitu Prejudize

Pada awalnya, unit metallic hardcore ini malah berniat membuat sebuah band death metal seperti Obituary namun dikemas dengan beberapa elemen musik hardcore. “Awalnya waktu punya materi saya ajak Rian, kelar itu Rian ajak Echa terus Ale masuk juga yang paling terakhir Ken yang gabung sama kita itu, kitatuh awalnya malah pingin bawain materi death metal old school gitulah,” ungkap Arga (vokalis Prejudize). Tidak butuh waktu lama dari momen kelahirannya, di paruh akhir 2020 mereka langsung mengolah materi dan menjadikanya sebagai amunisi pertama yang dirilis pada tahun 2021 ini.

Source: Prejudize

Empat buah trek yang dibungkus oleh artwork bergaya thrash metal 80-an berhasil mereka rilis satu bulan lalu sebagai tanda eksistensinya. Dalam pembuatan demonya, mereka dibantu oleh Kevin dari Bleach. Salah satu yang menarik bagi saya akan Prejudize adalah penggarapan lirik pada lagu mereka. Lirik mereka tidak terlalu kaya akan topik klise perihal unity atau hardcore pride yang lumrah ditemukan pada band-band serupa. “Referensi kita punya masing-masing sih kaya Suburban Scum, Jesus Piece sampe kalo nulis lirik malah aku sama anak anak banyak nyontek ke gayanya Exodus,” ungkap Arga.

Jika kamu mendengarkan demoe mereka secara berurutan, di trek berjudul “The Whisper of  Our  Generation” terasa seperti sebuah kejutan. Kamu akan disuguhi sebuah trek audio berdurasi sekitar dua menit kurang yang dihiasi oleh beat lo-fi  dan gaya vokal spoken word  yang menggerutu halus. Sebuah trek pembuka yang kontras dengan keliaran hingar bingar hardcore pada tiga trek selanjutnya. 

Setelah gerbang lo-fi pada trek pertama runtuh, kalian akan dipertemukan dengan “Misery” dan “Inner Harted”. Dua trek yang berirama chaotic yang dibakar melalui riff gitar yang mengkilat plus diselimuti oleh teriakan liar penuh cekam. Apa yang dituliskan Arga pada lirik-liriknya pun menarik. Semua menceritakan tentang keresahan yang dialami oleh generasi kita. Saya jadi teringat ketika suatu teman bergurau: “Hardcore sekarang udah enggak relevanlah kalo nulis lirik tentang kehidupan jalanan atau menulis lirik dengan formula semisal Terror atau Minor Threat”.  Saya cukup setuju dengan statement tersebut dan apa yang dilakukan oleh Prejudize dengan mengangkat isu yang lebih masuk akal ditelan di era ini, adalah sebuah keputusan yang sangat tepat.

Demo 2021

Selanjutnya adalah trek favorit saya dari rilisan perdana mereka , yakni “Redemption”. Lagu tersebut menawarkan banyak part breakdown yang cukup membuat panas kaki untuk segera loncat masuk ke dalam keliaran moshpit. Pada trek ini Arga bersahut-sahutan dengan bintang tamu satu-satunya yakni Dandy (Car Crash Coma)

Kolaborasi macam itu adalah suatu yang lumayan tidak lazim untuk dilakukan oleh band hardcore di era ini. Dandy yang diundang hanya untuk berkata kasar sukses melakukan tugasnya dengan baik. Walhasil trek ini adalah karya yang paling biadab pada amuni EP pertama mereka.

Karya yang mereka tuangkan pada debutnya patut diperhitungkan, mereka berhasil memberikan warna baru di  kancah musik hardcore, khususnya di kota Bandung dan setidaknya kemunculan wajah-wajah baru seperti mereka adalah jawaban bahwa hardcore belum sepenuhnya mati dan tak akan pernah mati!

Silahkan dengarkan rilisan debut dari Prejudize di sini: 

Back to top button