Padukan Hardcore Punk dan Metalcore, Grief. Siap Memenuhi Hasrat Moshing Kamu

Entah hanya perasaan saya atau memang benar kalau mencari band metalcore muda yang sedang aktif di ranah lokal, terutama di Bandung saat ini sedikit sulit. Itu sebenarnya cuma dua di antara sekian kemungkinan sih, penyebab lainnya bisa aja karena saya yang kurang digging. Hehehe. Maafin, dong. Karena sadar akan hal tersebut, selama beberapa waktu ke belakang, saya rajin banget mantengin surel Rich Music buat memantau siapa tahu akhirnya apa yang saya cari belakangan ini berbuah hasil. Penantian itu akhirnya berakhir setelah saya melihat sebuah profil dari band metalcore/hardcore bernama Grief. yang berasal dari Bandung/Jakarta.
Setelah coba melakukan profiling, ternyata Grief. telah memulai perjalanannya sejak tahun 2018 silam yang dimulai dengan format trio beranggotakan Danny Supit (vokal), Achmad Zacky Saleh (gitar), dan Akbar Kurnia (drum). Dengan formasi tersebut, Grief. berhasil merekam EP perdananya, tapi seiring waktu berjalan, akhirnya mereka mengajak Bimantara Septianto (gitar) dan Agung Dafin (bass) untuk melengkapi formasi mereka hingga akhirnya berformat kuintet. Nama-nama tersebut tentunya udah nggak asing, terutama kalau kamu cukup memperhatikan scene hardcore punk Bandung, karena beberapa di antaranya telah lebih dulu aktif bermusik bersama berbagai band, seperti Glare, Peel, Sanctuary, Colours And Carousels, dan beberapa band lainnya. Nggak usah diraguin lagi pokoknya mah, friend!
Perbedaan domisili dari para personilnya, yaitu terpisah di Bandung dan Jakarta, nggak membuat Grief. kesulitan untuk berkarya. Sampai saat ini, mereka telah merilis sebuah EP, sebuah single lepas, 2 video klip, dan sebuah video live session. Cukup produktif untuk band yang personilnya tinggal di tempat yang berbeda.

Pada EP perdananya, Grief. mengambil tema mengenai 5 tahap kedukaan atau dikenal dengan 5 stages of grief, yaitu penyangkalan (denial), marah (anger), menawar (bargaining), depresi (depression), dan penerimaan (acceptance). Akhirnya hal tersebut diputuskan untuk menjadi identitas dari band sekaligus judul dari EP perdananya tersebut.
Bagi kamu yang menyukai band-band seperti Counterparts, Comeback Kid, Misery Signals, serta Hundredth era album ‘When Will We Surrender’ dan ‘Let Go’, saya rasa nggak perlu waktu lama buat mencerna dan menyukai musik yang disuguhkan oleh Grief. Perpaduan antara ketukan cepat ala hardcore punk, riff-riff macho ala metalcore, dan lirik-lirik yang melankolis jadi suguhan utama yang diberikan oleh Grief., hal tersebut membuat semua lagunya terasa intens dan tight. Tentunya bikin hasrat moshing kamu kembali berapi-api. Tapi, kalau kamu berpikir akan ada harmonisasi antara clean dan unclean vokal seperti band metalcore kebanyakan pada lagu-lagunya, bersiaplah kecewa, karena Grief. nggak memberikan hal itu.
Selain itu, hal lain yang saya sukai dari Grief. adalah pada setiap materi visual yang mereka kerjakan dikonsep secara matang, hal tersebut dapat terlihat dari bagaimana mereka memliki color palette tertentu untuk setiap videonya. Sehingga kita dengan mudah mengerti mood yang ingin disampaikan pada lagunya melalui visual yang ditampilkan. Saya sangat mengapresiasi hal yang dilakukan oleh Grief. karena sebuah band itu nggak cuma harus mementingkan hal yang berkaitan dengan audio saja, tapi aspek visual juga saya rasa punya porsi yang sama.
Bagi kamu yang lagi kebingungan mencari band metalcore/hardcore lokal yang kualitas produksi dan materinya jempolan, saya rekomendasiin banget buat denger keseluruhan discography dari Grief., niscaya kamu nggak akan menyesal. Percayalah.
Instagram @grief.hardcore
