Musik Ska ‘Purba’ dan Minimalis Ala Eastones Yang Penuh Gairah Dan Membara

Apa yang ada di dalam benakmu mengenai musik ska? Kalau saya sih ingetnya sama musik ‘purba’ yang berkembang biak di Jamaika pada tahun 50an silam dan akhirnya mendapatkan eksposur secara masif di tahun 70an berkat pergerakan 2 Tone di Inggris. Dan tentunya, karena telinga saya pun spesialis musik jadul, jenis ska yang saya ingat adalah musik-musik yang dimainkan oleh band-band era 70an seperti Madness, The Beat sampai The Specials dan juga pergerakan band-band ska third-wave ala No Doubt, The Aquabats, sampai Mustard Plug.
Musik ska pun sempat mengalami ledakan besar di industri musik Indonesia pada tahun 90an silam. Band-band macam Tipe-Ex, Jun Fan Gang Foo, sampai Gallery sempat menikmati popularitasnya pada masa tersebut karena memainkan musik yang identik dengan kocokan gitarnya yang cepat dan taktis tersebut. Bahkan sampai hari ini pun, masih banyak band-band yang percaya kalau ska itu belum mati dan terus mencoba untuk mengobarkan semangat di lantai dansa lewat berbagai karya dan kampanye-kampanye aksi panggungnya.
Baca juga: Skill Is (Not Actually) Dead: Menguak Mitos Tentang Musisi Punk Rock Yang Katanya “Nggak Ber-skill”
Tapi saya rasa, ada satu titik dimana saya cukup jenuh dengan tren musik ska di ranah lokal. Sama halnya dengan apa yang terjadi dengan segmen pop punk, musik ska yang kerap dimainkan oleh banyak band hari ini menggunakan formula yang seringkali sama. Format pemain, struktur lagu, dan bahkan penamaan band pun semuanya terasa sama. Harus ada imbuhan “–ska” di belakang namanya. No offense, setidaknya itu yang saya rasakan tapi toh masih banyak publik yang nyaman-nyaman saja dengan tren tersebut. Tapi sebagai orang yang merasa selalu ada potensi dibalik sebuah tren yang membosankan, saya pun masih percaya mungkin ada band ska di luar sana yang berani untuk menjadi berbeda.
Kedunguan saya akan keyakinan tersebut sepertinya kerap membuahkan hasil meski di lini waktu yang tidak pernah bersamaan. Dulu saya mengenal satu band asal Bandung yang bernama Hockey Hook dan mereka jadi keren karena berani membawakan musik ska yang dibalut dengan nuansa punk rock dan sedikit sentuhan gitar klasik di beberapa lagunya yang asyik banget. Kali ini, saya berhasil melacak satu band ska lagi. Mereka adalah Eastones. Band asal Jakarta Timur ini sebetulnya rata-rata personilnya bukan orang baru di kancah musik ska. Ada yang dulunya pernah bermain bersama band ska seminal Artificial Life dan juga ada yang bermain dengan Skalie. Jadi secara reputasi dan kredibilitas, Eastones punya modal yang mayan sahih.

Nah, yang bikin Eastones keren adalah nuansa ska yang mereka mainkan masih terbilang baru untuk di Indonesia. Dengan payung ska punk yang mereka kembangkan untuk musik mereka, posisi vokal yang diisi oleh suara perempuan adalah sesuatu yang mungkin belum pernah dilakukan oleh band yang sejenis. Oke, mungkin di luar negeri udah ada The Interrupters yang bikin tren ska punk bervokal perempuan jadi nge-hits, tapi di sini kayaknya baru mereka deh. Soalnya kebanyakan band-band ska yang memiliki vokalis perempuan sepertinya selalu mempunya formula musik ska yang tipikal. Correct me if I’m wrong.
Baca Juga: Kenapa Sih “Indie” Diidentikkan Sama Musik Pop Akustik, Kopi, Dan Senja? Nggak Gitu, Ah.
Ngomongin formula lagunya, metode pendekatan ska yang Eastones tawarkan lewat debut single-nya, “Radio Dynamite” sangatlah menggugah dan membakar gelora keinginan untuk berdansa skanking canggung ketika mendengarkannya. Lagu ini menelanjangi brass section sampai bugil dan menggantinya dengan isian church organ yang terasa lebih menjulangkan indera pendengaran secara nyaman. Oh iya, buat kamu yang kurang familiar dengan church organ, coba ingat-ingat intro lagu Rancid yang “Fall Back Down” deh. Nah itu dia church organ. Asyik ya.

Ditengah-tengah nikmatnya debut single dari Eastones ini, saya masih saja merasa gelisah. Karena saya pengin banget nonton live-nya Eastones. Soalnya dari lagunya aja, udah gokil banget. Nggak kebayang kalau dibawain secara langsung. Pecah sih pasti, friend. Tapi buat sekarang, mari nikmati musik ska yang minimalis nan taktis dari Eastones di rumah masing-masing sambil bertahan hidup sampai keadaan ini mereda supaya bisa party lagi!
Dengarkan “Radio Dynamite” dari Eastones di bawah ini: