Mengingat Kembali Boys Are Toys, Band Rock Dara Kebanggaan Bandung

Salah nggak sih kalau saya seneng banget kalau bernostalgia? Apalagi kalau lagi ngomongin musik lokal, kayaknya selalu ada yang istimewa aja gitu di hati kalau ngobrolin musik dari zaman-zaman masih bersekolah dulu. Kalau inget-inget masa itu, kadang suka pengin deh nonton band-band yang dulu sempat aktif bermain di tahun 2000an silam. Tapi dari sekian banyak band di tahun itu, saya pengin banget bisa nonton lagi dan berharap Boys Are Toys bakal aktif kembali.
Buat kamu yang belum tahu, Boys Are Toys adalah sebuah band rock asal Bandung yang semua personilnya perempuan. Lagu-lagu mereka super catchy dan terkesan slengean. Tapi nggak apa-apa, that’s punk rock for you. Mereka sempat aktif bermusik di tahun 2000an silam dan sekarang lenyap ditelan bumi. Bukan tanpa alasan kok mereka nggak aktif di musik lagi, beberapa personilnya memang sedang sibuk menggeluti bidang karirnya masing-masing. Oh iya, album mereka yang berjudul Weah Weah Of The Blah Blah juga cukup mendapat klaim positif dari para pendengar dan kritikus independen. Kalau kamu sempet ngalamin zaman MTV di tahun 2000an, pasti pernah lah sekali atau dua kali nonton video klip mereka yang “Hey You” atau “Ali Baba”.

Kalau ngobrolin Boys Are Toys, saya jadi ingat pengalaman ketika menonton mereka secara langsung. Waktu itu tahun 2004 tapi saya lupa tempatnya di mana. Yang saya ingat, mereka dengan santai membalas celaan (atau mungkin bahasa kerennya hari ini “cat calling”) dari para penonton laki-laki yang kebetulan lagi ada pas mereka manggung. Nggak tahu kalau gerombolan laki-laki itu memang temennya para personil Boys Are Toys atau warlok yang bikin rusuh aja. Anyway, celaan-celaan dari gerombolan tersebut dibalas dengan ejekan yang mantap dari salah satu personilnya. Kalau nggak salah omongannya kayak “ah apaan cowok kok cuma bisa ngomong doang, bisa teu maen gitar jiga aing?!”. Saya pun tertawa mendengar celotahan dari salah satu personil Boys Are Toys itu. Kalau kamu lagi di panggung dan kamu berani buat konfrontasi langsung penonton rese, kamu keren. Dan saya rasa itu punk banget.
Saya rasa Boys Are Toys adalah band rock perempuan yang patut dijadikan role model untuk para perempuan lainnya dalam aspek bermusik. You know, just have fun and let it all out without being too political. Okay sebelum kamu menghujat saya dengan meng-screenshot tulisan ini dan menyebarkannya di Twitter, saya punya alasan untuk hal ini. Saya rasa musik akan menjadi kurang menyenangkan kalau terlalu dikaitkan dengan segala urusan political correctness dan kepentingan golongan yang terlalu militan di dalamnya. Banyak banget band hari ini yang menyuarakan ini itu demi kepentingan golongan atau agenda lain di dalamnya. Nggak salah sih, tapi saya rasa nggak ada salahnya juga untuk tetap bersenang-senang dan menyelipkan humor di sela-selanya.

Mungkin beda ceritanya kali ya kalau sama perspektif saya ketika nonton Boys Are Toys dulu. Mungkin karena waktu itu memang masih tahun 2000an awal dan semua orang belum terlalu terbuka untuk menyuarakan isi hati dan pikirannya ke publik. Toh sosmed dan internet juga belum masif digunakan sama khalayak publik, masih diakses sama orang-orang tertentu aja. Jadi ya belum banyak debat kusir ala Instagram gosip selebriti yang isi kolom komentarnya cuma tempat hujat dan argumen asal-asalan aja. Dalam konteks Boys Are Toys, mereka juga bisa tuh membuktikan kalau all genders are equal and still can rock without being too serious. They were seriously a fun band with that kind of attitude.
Ah mungkin opini saya memang sepele dan nggak sebanding dengan opini-opini kesetaraan yang sering banget diutarakan dimana-mana. Saya cuma bisa mengkhayal kalau scene musik akan kembali menyenangkan seperti dahulu tanpa harus banyak konflik ini itu. Lho, malah nyambung ke sini.Maaf-maaf. Intinya, Indonesia butuh band seperti Boys Are Toys. Punk as fukk without losing the fun. Please get back together, Boys Are Toys!