Menelusuri Inspirasi dan Proses Kreatif di Balik Video Musik “Jim Labrador” dari The Panturas
Eksplorasi Estetika Sinema: The Panturas Rilis Video Musik "Jim Labrador"

Dalam industri musik Indonesia yang semakin berkembang, kehadiran The Panturas sebagai band indie dengan genre “surf rock” menjadi sebuah fenomena menarik. Mereka telah mengguncang panggung musik dengan lagu-lagu unik dan penampilan yang enerjik. Kali ini, The Panturas kembali membuat gebrakan dengan merilis video musik terbaru mereka, “Jim Labrador”, yang mengundang perhatian banyak penggemar musik.
Video musik “Jim Labrador” tidak hanya menjadi wadah untuk menyajikan lagu yang catchy, tetapi juga menceritakan sebuah kisah yang menarik dan mendalam. Ide cerita yang melatarbelakangi video musik ini berasal dari karakter Jim Labrador dalam lirik lagu. Dwi Agung Pambudi, sutradara video musik ini, mengungkapkan inspirasinya, “Ide cerita untuk video musik ini datang dari karakter Jim Labrador yang ada di liriknya. Dari namanya saja sudah antik. Pertanyaan tentang bagaimana kehidupannya, lingkungannya, dan alasan Jim Labrador menjadi sosok yang keras menjadi dasar utama dalam pembuatan video musik ini.”
Proses kreatif dalam penggarapan video musik “Jim Labrador” ini tidaklah mudah. Para tim produksi, termasuk produser Giovanni Rahmadeva dan Eliza Cheisa, dihadapkan pada tantangan besar dalam menggambarkan genre aksi yang menjadi fokus utama video musik ini. Eliza Cheisa, produser video musik “Jim Labrador”, berbagi pengalamannya, “Tantangan terbesar dalam proyek ini adalah menghadirkan aksi yang mengesankan. Proses produksi ini lebih rumit dari proyek-proyek sebelumnya, mulai dari persiapan koreografi adegan aksi, pertimbangan waktu produksi yang dibutuhkan, hingga memastikan keselamatan para pemain. Meskipun begitu, semua proses baru ini membuat produksi menjadi lebih menyenangkan bagi semua orang terlibat.”
Mengusung estetika sinematik yang terinspirasi dari film laga Mandarin era 1970-an, video musik “Jim Labrador” berhasil menampilkan penampilan yang mencuri perhatian tanpa mengesampingkan esensi musik itu sendiri. Dalam video musik ini, para penonton akan dibawa ke dalam dunia preman yang penuh dengan aksi dan ketegangan. Aktor dan aktris kenamaan seperti Bio One, Mea Shahira, dan Ravi Septrian pun turut terlibat dalam penggarapan video musik ini, memberikan dimensi artistik yang lebih mendalam.
Menariknya, “Jim Labrador” bukanlah kali pertama The Panturas melibatkan aktor dan aktris terkenal dalam produksi video musik mereka. Sebelumnya, mereka juga telah merilis video musik “All I Want” yang mengambil format film pendek dengan melibatkan Dimas Danang, Prisia Nasution, dan Tio Pakusadewo. Keterlibatan aktor/aktris ini menjadi ciri khas dari The Panturas dalam menciptakan visualisasi yang kuat dan menggugah dalam lagu-llagu-lagu mereka.
Dalam perjalanan karir musik mereka, The Panturas telah mencapai pencapaian yang luar biasa. Band ini terdiri dari empat personel berbakat, yaitu Abyan Zaki Nabilio (vokal/gitar), Rizal Taufik (gitar), Bagus Gogon (bas), dan Surya Fikri Asshidiq (drum). Sejak terbentuk pada tahun 2015, The Panturas telah meraih popularitas yang signifikan.
Mini album pertama mereka, “Mabuk Laut,” yang dirilis pada tahun 2018 melalui La Munai Records, menjadi langkah awal sukses mereka. Namun, album studio kedua mereka yang berjudul “Ombak Banyu Asmara” yang dirilis pada tahun 2021, menjadi tonggak penting dalam menunjukkan musikalitas mereka yang semakin matang. Album ini juga menjadi wadah bagi lagu-lagu hits seperti “Tafsir Mistik,” “All I Want,” dan “Balada Semburan Naga”.
Prestasi luar biasa The Panturas terbukti dengan masuknya mereka dalam nominasi Duo/Grup/Grup Vokal/Kolaborasi Alternatif Terbaik pada Anugerah Musik Indonesia 2021 melalui karya mereka yang berjudul “Tafsir Mistik”. Kesuksesan mereka dalam menciptakan musik yang unik dan berbeda menjadikan The Panturas sebagai salah satu band yang paling dinanti-nantikan dalam industri musik Indonesia.