Mati di Saturnus Angkat Kisah Depresif dalam Album Baru “Menyedihkan”

Pada album baru "Menyedihkan", Mati di Saturnus terasa depresif sehingga membuat nuansa jadi lebih gelap.

Mas’aril Muhtadin atau akrab disapa Mati di Saturnus meluncurkan album terbarunya bertajuk Menyedihkan pada 7 September lalu. Seperti karya solois asal Malang ini pada umumnya, jenis musik dalam karya ini disajikan tanpa batas.

Dibandingkan album sebelumnya, Orang-Orang Piknik (2020), karya ini didominasi lagu yang bernuansa gelap. Namun perihal lirik, Mati di Saturnus masih mengusung tema-tema yang berasal dari cerita fiktif yang diwarnai ironi, paham teistik, dan nihilistik.

Contohnya, ada pada track pertama berjudul “Kata”. Di lagu ini, Aril menulis soal inferioritas yang ia rasakan dalam mengungkapkan apa yang alam bawah sadarnya inginkan hanya dengan media kata-kata. Selain itu, di track terakhir bertajuk “Sudahlah”, ia mencoba menggambarkan wujud kerelaan dan keikhlasan yang menjadi jalan keluar dari perspektif nihilisme.

Jadi, meski album ini terasa depresif, tetapi masih ada resolusi akhir sebagai bentuk ‘berdamai dengan diri sendiri’.

“Depresif mungkin iya, tapi dalam lagu terakhir saya berikan penekanan untuk merelakan yang sudah-sudah dan mencari hal yang baru yang mewarnai jiwa agar diri kita menjadi berharga,” jelas Aril dalam siaran pers.

Dalam proses penggarapan yang memakan waktu 2 tahun ini, Mati di Saturnus merekam Menyedihkan di banyak studio yaitu di Studio Seni KKC, AA Studio, Haum Studio, dan Rama Studio. Kemudian, ia turut menggandeng sejumlah nama seperti Adhe TP (drum), Rizky Gobel (bas), dan Yusuf (cover art). Sementara dalam segi kreatif dan teknis lainnya dikerjakan Mati di Saturnus.

Related Articles

Back to top button