Jika Minor Threat Tidak Pernah Ada, Akankah Istilah Straight Edge Lahir?

Siapa yang asing dengan nama Minor Threat? Saya rasa, meskipun kamu bukan pengemar hardcore-punk dan bukan pula seorang yang mengusung idealisme straight edge, minimal kamu pasti pernah melihat ikon domba tengah berlari memisahkan diri dari kerumunan domba lainnya yang merupakan album dari mereka dengan judul ‘Out of Step’ (1983).

Meskipun sebenarnya, Mckaye (vokalis Minor Threat) tidak pernah melabeli dirinya sebagai seorang straight edge, hanya saja ia cukup geram dengan sekawanan punk teler dan cenderung mengkonsumsi barang-barang yang bersifat destruktif terhadap tubuh mereka sendiri, meskipun notabenenya merupakan kawan-kawannya sendiri. Menjadikan dirinya keluar dari ‘lingkaran destruktif’ tersebut, meskipun tetap bergerak di skena musik hardcore punk DC.

Populer dengan simbol ‘X’ (baik dari bagian tubuh, ataupun dari nama band yang diselipi ‘X’ di bagian awal dan akhir namanya), pada awalnya, huruf ‘X’ yang sering terlihat jelas di bagian punggung tangan seorang straight edge, merupakan sebuah penanda bagi mereka yang belum cukup usia untuk menenggak minuman beralkohol ketika mengunjungi suatu bar. Mungkin, hal itu juga yang menginspirasi straight edge untuk menggoreskan simbol ‘X’ di bagian tubuh mereka.

Ian Mackaye At The Brooklyn Book Festival
Ian Mckaye (En.wikipedia.org)

Siapa yang menyangka bahwa salah satu trek dari album mereka First Two Seven Inches (1984) “Straight Edge” akan terus melaju ke tahap yang lebih jauh. Dijadikan sebagai sebuah idealisme yang menjalar ke berbagai belahan bumi. Bahkan, tak sedikit band-band yang ikut mengusung dan menyuarakan hal yang sama.

Sebut saja SSD, Cause For Alarm, dan Uniform Choice. Mereka merupakan band-band hardcroe yang muncul di era oldschool atau medio 1980’-an. Konon, pada era itu, band-band hardcore seperti mereka banyak berteriak mengenai movement tersebut ketimbang bernyanyi.  Tentunya terdengar seperti dalam tingkat kegeraman yang cukup tinggi, mengingat agresi hardcore punk memang tidak bisa menipu.

Meskipun demikian, orang-orang dengan idealisme straight edge memliki tingkat toleransi yang patut diacungi jempol. Mereka tidak mengeksklusifkan diri sebagai ‘sekumpulan orang yang bergaya hidup sehat’ sehingga membuatnya memiliki sekat dengan orang-orang non-straight edge. Idealisme straight edge dipercaya sebagai pilihan hidup dan kebebasan setiap individu untuk menganutnya atau tidak.

Seiring berjalannya waktu, movement terhadap perpeloncoan hewan yang akhirnya melahirkan idealisme vegetariansme pun ikut populer. Diikuti oleh band yang membesarkan nama Ray Cappo, Youth of Today (salah satu band straight edge yang kaliber namanya). Dalam salah satu lagunya “No More” terlihat jelas kegeraman mereka terhadap tindakan yang tidak berperikehewanan, khususnya terhadap hewan ternak semisal sapi, ayam dsb. sehingga berhenti untuk mengkonsumsinya dalam bentuk apapun merupakan jalan keluarnya.

Sebelum akhirnya di akhir 1980, sebuah band yang berpengaruh di adegan metalcore, yakni Earth Crisis muncul sebagai militan yang cenderung melakukan aksi-aksi kekerasan dan minim toleransi terhadap non-straight edge dengan anggapan efektivitas menyebarluaskan gaya hidup ini terhadap orang-orang yag tidak menganutnya. Band yang mengusung idealisme vegan-straight edge ini dinilai mencoreng nama straight edge dan konsumen barang berbahan dasar hewani. Alhasil, untuk beberapa saat, straight edge sempat menjadi bahan cemoohan di skena underground.

1 L
Ilustrasi Simbol ‘X’ Di Tangan (Medium.com)

Meskipun pada dasarnya, vegetarianisme dan straight edge merupakan sebuah hal yang berbeda. Seorang straight edge tak diharuskan untuk menjadi seorang vegetarian atau vegan sekalipun, begitupun sebaliknya. Mungkin, karena sama-sama mendasarinya sebagai sebuah movement untuk menjalankan gaya hidup yang lebih sehat menjadikannya tampak sebagai sebuah ‘keharusan’ dalam satu paket.

Oke, sekilas cerita mengenai straight edge tadi. Kita mulai menoleh ke judul tulisan yang saya tuliskan di atas. Jika bukan karena Minor Threat mencetuskan “Straight Edge” sebagai salah satu lagunya dan “kebetulan” mereka mengusung gaya hidup seorang straight edge, akankah kebiasaan tidak mengkonsumsi alkohol, rokok, narkoba, dan hubungan seks tanpa komitmen (casual sex) sebagai straight edge di kemudian hari?

Mungkin Minor Threat bukan satu-satunya, begitupun dengan tembang “straight edge”-nya. Sedikit mengandalkan analisa saya yang tak seberapa, jika Minor Threat tak pernah terbentuk, saya rasa gaya hidup tersebut akan terus menjalar seiringan dengan merebaknya musik hardcore punk yang terus menjalar dari panggung ke panggung skena bawah tanah di Negeri Paman Sam sana. Namun, bisa jadi lahir dengan nama yang berbeda.

Sedikit bercerita, sebenarnya salah satu band protopunk, The Modern Lovers yang eksis sekitar tahun 1970-1980-an sempat menyuarakan hal-hal yang condong ke arah sana lewat lagu-lagunya. Meskipun sebagian orang mungkin tak menyadarinya (termasuk saya), mengingat bandnya yang cukup kolot dan saya juga merupakan orang yang lahir di akhir abad 19. Begitupun eksistensi band ini yang namanya tidak terlalu populer kedengarannya.

Tak menutup kemugkinan juga kalau misalnya tembang “good clean fun” milik Descendents yang justru menjadi anthem wajib bagi para penganut “straight edge”, atau mungkin saja namanya menjadi “GFC” atau “good clean funners”. Siapa yang tahu? Yang jelas saya masih meyakini kalau gaya hidup ini akan terus menjalar sebagai tren. Bisa jadi juga ternyata gaya hidup straight edge tidak lahir di skena hardcore punk Amerika, tapi justru dari musik psikedelik dalam negeri yang menyuarakan “Anti Gandja”, yaitu The Brims. Mengingat The Brims sudah eksis sejak tahun 60’an, jauh-jauh hari sebelum Minor Threat terbentuk.

Youtube Player

Minor Threat memang dapat dibilang ‘bertanggung jawab’ atas nama straight edge yang menjadi istilah untuk gaya hidup sehat tersebut. Tanpa Minor Threat bisa jadi nama straight edge tak akan pernah tercetus, namun kebiasaan tidak mengkonsumsi alkohol, nikotin, narkoba, dan seks bebasakan terus menjalar, apapun itu namanya.

Oleh: Ilham Fadhilah

Related Articles

Back to top button