Interview Burgerkill: Tentang Perubahan Proses Kreatif hingga Pengalaman Tampil di Berbagai Negara
7 Pertanyaan di bawah ini, Burgerkill membagikan berbagai jawaban menarik seperti pengalamannya saat tampil di luar negeri, perubahan proses kreatif pasca sepeninggalan mendiang Eben, serta sedikit kabar terkait proses perjalanan album terbarunya.

Sumber foto: Dok. Rich Music
Semua pasti setuju, bahwa Burgerkill sukses menggores tinta emas dalam catatan sejarah musik metal di Indonesia. Goresannya, menghasilkan rupa yang sangat menawan lantaran dihiasi apresiasi dari penikmat musik cadas di dalam maupun luar negeri.
Dalam wawancara bersama Rich Music, mereka membagikan berbagai jawaban menarik antara lain soal pengalamannya saat tampil di luar negeri, perubahan proses kreatif pasca sepeninggalan mendiang Eben, serta sedikit kabar terkait proses perjalanan album terbarunya.
Baca selengkapnya di bawah ini.
Pasca sepeninggalan almarhum Eben, apa perubahan paling signifikan dalam proses kreatif di Burgerkill?
Agung: Yang berbeda pasti ada ya. Dengan jumlah kepala yang berbeda kan proses kreatif pasti terpengaruh ya. Kalau sekarang, dari urutan proses penggarapan sih nggak banyak perbedaan. Selalu mulai dari sesi-sesi gitar dulu, baru masuk ke sesi yang lain. Nah, letak perbedaannya itu yang sangat terasa justru di gitar. Kalau dulu kan memang saya ada partner-nya untuk divisi gitar. Sekarang, pencarian ide dasarnya tuh jadi dari sendiri dulu. Tapi, dari instrumen lain pun, kalau sekarang bisa dibilang ketika si ide gitar sudah muncul, yang mana itu merupakan ide dasarnya, langsung semuanya cepat nge-backup. Saling mengisi. Untuk awal-awal pasti terasanya berat ya. Karena kita juga masih bingung ini gimana ya dengan proses yang memang sekarang jauh berbeda. Ya, tapi lambat laun kita saat ini mulai beradaptasi dengan hal itu. Kita juga sudah mulai fokus dengan sistem kerja yang sekarang. Jadi sudah menemukan ritme yang tepat.
Bagaimana proses penggarapan album terbaru? Sedang berjalan kah?
Agung: Sudah. Kita itu targetnya Desember ini sudah selesai semua materinya. Jadi, dari awal tahun tuh kita sudah mulai masuk studio. Terus ya rencananya semoga lancar. Dan proses lain-lainnya agar rilisnya bisa di tahun depan.
Total berapa lagu untuk album terbaru ini?
Agung: Jumlah lagu sih, sekian ya. Ha ha ha. Ya tidak jauh berbeda dari album Burgerkill yang sebelum-sebelumnya.
Menurut kalian, apa yang membuat Burgerkill begitu berprestasi di luar negeri? Sementara kalian setuju ‘kan band-band metal di Indonesia juga banyak yang berpotensi untuk mendapatkan hal tersebut?
Agung: Ya sebetulnya kesempatan seperiti ini terbuka untuk siapapun. Khususnya untuk band Indonesia. Ya, mungkin yang membedakan dari cara penetrasi kita nya keluar negeri. Karena, untuk kita sih bisa pergi ke sana pasti harus ada proses dari usahanya dulu. Contoh, seperti memperkenalkan kita siapa. Karena untuk awal mereka pasti belum kenal kita. Kemudian, tentunya juga mencari networking ke sana. Dan untuk Burgerkill hal seperti itu bukan sesuatu yang baru. Kita sudah mencobanya dari era-era album Berkarat. Lalu juga saat zaman korespondensi kita masih lewat surat. Nah, kita sudah melakukan proses itu. Sekarang apalagi dengan adanya internet juga kita lebih memanfaatkannya lagi. Khususnya kalau zaman internet itu kita lakukan sejak tahun 2007 atau 2008. Ya, untuk penetrasi ke benua lain. Dan yang pertama itu coba saat itu ke Australia.
Sepanjang kalian manggung di luar negeri, apa apresiasi terbaik yang sangat diingat dari orang-orang di sana?
Agung: Kalau buat kita sih sama ya. Jadi manggung di Australia, Nepal, Eropa, Amerika, dan beberapa negara di Asia orang ya responsnya bagus semua. Tapi yang kita paling ingat sih ketika main di beberapa titik di Belanda. Jadi si orang ini sengaja datang ke satu kota, habis itu ke kota lainnya juga hanya untuk menonton kita. Kemudian, buat yang baru kenal pertama kali ketika menonton kita, so far saat kita turun panggung mereka menghampiri kita dan mengapresiasi kita. Lalu mengobrol dengan kita juga.
Nah, sekarang kalau soal suasana. Event apa yang sangat berkesan bagi kalian dari banyaknya panggung di berbagai negara?
Ramdan: Wacken Open Air tentunya! Ha ha ha ha.
Putra: Semuanya sih the best di sana! Karena waktu itu gue baru merasakan tur festival di luar negeri, tapi camping dan nggak balik ke hotel. Jadinya kita dan tim stay terus di situ, menonton berbagai macam band, kemudian main juga di situ. Ya menyenangkan sekali vibes-nya. Lalu, yang makin terasa tuh karena kita orang asing juga di sana. Gue merasa kayak jarang sekali mendapat pengalaman itu.
Ramdan: Jadi yang pertama tuh kita 2015 ke sana. Kita tahu bahwa penyelengaraannya, vibes-nya, dan produksinya tuh seperti ini. Dan saat itu kita belum camping. Ya cukup okelah buat kita. Nah, yang 2022 kemarin, kita ingin merasakan vibes camping-nya juga. Ternyata memang semuanya well prepared. Baik yang camping maupun tidak.
Putra: Ya paling hanya mau repot untuk jalan kaki apa nggaknya saja di sana sih. Ha Ha Ha. Karena pertama areanya besar sekali, dan juga ya budaya orang sana kan mengutamakan jalan kaki. Tapi ada juga dari mereka yang sudah menyiapkan sepeda sendiri-sendiri. Ya rasanya seru sekali sih festivalnya. Keren.
Terakhir, ketika prestasi di dalam dan luar negeri sudah banyak didapatkan, lalu selanjutnya apa yang masih ingin Burgerkill capai lagi?
Putra: Wah, itu masih banyak banget sih.
Ramdan: Kemarin kita ke Amerika saja baru ke East Coast–nya. Untuk selanjutnya sih kita ingin ke West Coast–nya. Kemudian, Australia baru Western-nya saja, dan belum ke yang lain-lain. Ya, masih banyak sekali lah PR (Pekerjaan Rumah) kita untuk tur. Jadi kalau bicara pencapaian, sebenarnya masih banyak mimpi yang belum kita raih.
Putra: Asia sih juga belum semua ya. Jepang belum. Jadi sebenarnya kita waktu itu sudah ada tawaran dari Thailand, Jepang, dan Australia. Cuman, waktu itu sayangnya pandemi. Akhirnya ya nggak jadi. Jadi, Asia kita belum semuanya. Kalau di South East ya baru Singapura dan Malaysia. Kemudian Asia lainnya juga Nepal sudah pernah. Tapi yang paling kita penasaran sekali itu India. Karena waktu kita main di Nepal, band-band yang main tuh bagus-bagus sekali, termasuk yang dari India. Jadi yang kita kira India itu dipenuhi drama saja, ternyata menyimpan talenta-talenta yang luar biasa.