RICH FEATURESRICH OPINION

Groupies: Fanatisme Berlebihan Seorang Fans Musik

Istilah groupies mungkin lebih sering diasosiasikan dengan sosok seorang penggemar musik yang terlalu fanatik terhadap musisi idolanya. Saking fanatiknya, kadang orang yang dicap groupies tersebut suka melakukan hal-hal yang kalau dipikir-pikir mah asa teu kudu. Kasarnya mah, punya sifat fanatisme akan sesosok musisi yang berlebihan. Contohnya, banyak groupies yang maksain diri buat bisa menerobos belakang panggung cuma demi ketemu sama idolanya atau bahkan rela memberikan tubuhnya untuk “dinikmati” oleh sang idola sebagai pembuktian kalau dia adalah fans musik sejati. Absurd, friend.

Tapi istilah tersebut kadang juga ditempelkan kepada seorang sosok fans musik yang mempunyai informasi eksklusif dan didapatkan dari “jalur dalam” sang musisi. Nah masalahnya, nggak tahu deh yang dimaksud “jalur dalam” itu kayak gimana. Soalnya seringkali info-info musik yang didapatkan dari seorang groupie itu valid dan beneran belum pernah dibahas di mana pun. Dalam konteks penggalian informasi musik ini, saya harus akui groupie punya sumber yang lebih akurat daripada tulisan-tulisan berita atau profile musisi di berbagai macam media.

via loudwire.com

Konon istilah groupie muncul di paruh akhir tahun 60an, ketika musik rock ‘n roll sedang aktif bergeliat di berbagai pelosok benua dunia. Ada yang meyakini bahwa istilah groupie itu pertama kali muncul di novel karya Mary McCarthy yang berjudul The Company She Keeps . Di dalam jalan cerita novel tersebut, McCarthy memakai istilah groupie sebagai penokohan sebuah karakter perempuan yang punya hubungan dekat dengan beberapa musisi. Kalau dirunut secara kontekstual di masa sekarang, penjelasan tersebut sangat berkaitan dengan definisi groupie di masa sekarang ya, friend.

Baca juga: Skill Is (Not Actually) Dead: Menguak Mitos Tentang Musisi Punk

Tapi seperti yang saya sebutkan di awal tulisan, citra yang melekat dengan sosok seorang groupie itu seringkali nggak bagus alias negatif. Yaaa salah satunya adalah kebiasaan para groupie yang selalu memberikan seks membabi buta kepada musisi atau band favoritnya sebagai bentuk loyalitasnya. Fenomena itu tentu berkaitan dengan konsep sex, drugs, and rock ‘n roll yang sedang diimani seluruh pelaku kancah musik rock di era 60an, the golden years of rock ‘n roll.

Selain seks bebas, groupie pun selalu diidentikkan dengan kebiasaannya dalam penggunaan narkotika. Di barat sana, penggunaan narkotika dalam jumlah yang sewajarnya memang dianggap sebagai sarana rekreasi dalam ranah pribadi. Namun ketika ada urusannya ketika menjadi dealer atau perantara antara satu pihak ke pihak lain secara ilegal, itu baru ilegal, friend. Di tahun 60an dan 70an, banyak banget musisi rock yang pake drugs buat alasan rekreasi dan kreativitas. Groupie pun akhirnya jadi ikut-ikutan pake supaya bisa tetep satu frekuensi dengan dunia rock ‘n roll yang bergulir liar di masa itu.

Kalau di kancah punk rock, ada satu sosok groupie yang lumayan fenomenal nama dan kiprah yang ia torehkan di sejarah musik tersebut. Dia adalah Nancy Spungen. Mungkin buat kamu yang sudah familiar dengan sejarah dan mitos seputar band punk asal Inggris, Sex Pistols, enggak asing sama sosok Nancy. Dia adalah pacar bassist kedua dan sekaligus ikon Sex Pistols sendiri, Sid Vicious.

Baca juga: 5 Momen Punk Paling Gila Sepanjang Sejarah Pertelevisian

Ada alasan spesifik kenapa Nancy Spungen bisa dilabeli sebagai groupie punk rock yang fenomenal. Pasalnya, dia adalah salah satu faktor dari kehancuran Sex Pistols sampai bubarnya mereka di tahun 1978. Menurut legenda, Nancy-lah yang membawa Sid semakin terjerumus ke dalam lubang narkoba yang mempengaruhi perilaku liarnya di atas dan bawah panggung. Perilaku tersebut mungkin sampai saat ini diglorifikasi sebagai punk attitude yang mengobarkan bendera kebebasan berekspresi dan bertindak sesuka hati tanpa memikirkan konsekuensinya. Maklum, Sid Vicious memang terkenal karena perilakunya yang sembrono dan ternyata kelakuannya itu memang dipengaruhi obat-obatan.


Apa pendapatmu soal groupie, friend? Yaaa, menurut saya sih apa pun yang ada di dalam benak seorang groupie ketika dia bertindak itu sepenuhnya hak dia, friend. Tapi yang perlu diingat adalah mengidolakan siapa pun atau apa pun secara berlebihan itu kurang baik, friend. Kalau mau nge-fans, yang pas-pas aja kadarnya. Setuju nggak?
Back to top button