Fakta Tentang Greenlane Festival yang Gagal Digelar!

Makin hari makin banyak festival musik digelar, dari yang mengundang band lokal lintas generasi hingga dengan line up musisi mancanegara yang menghiasi, semua lengkap pernah terjadi. Tak heran kalau banyak orang ingin membuat festival musik skala besar yang sedang ‘seksi’ untuk dijadikan destinasi hiburan anak-anak muda zaman sekarang.

Namun ternyata, gak semua kesenangan itu bisa dibayar dengan tanggung jawab yang cukup. Banyak festival gagal digelar karena kelalaian panitianya itu sendiri. Seperti halnya yang terjadi pada Greenlane Festival, festival musik yang seharusnya digelar pada Minggu (05/11) di Laswi Heritage, Bandung ini gagal digelar karena oknum panitia yang ‘nilep’ duit investor.

Kehebohan ini pertama kali mulai tercium di media sosial setelah akun twitter @gladinasaska membuat thread tentang gagal terselenggaranya Greenlane Festival tersebut. Ternyata Saska merupakan salah satu orang yang seharusnya bekerja di event tersebut sebagai fotografer, tapi sayangnya ketidakjelasan acara harus membuat ia dan banyak orang lain hilang pekerjaan di hari itu.

Oleh karenanya, kami sudah mewawancarai Saska dan mengumpulkan list fakta-fakta tentang Greenlane Festival yang gagal digelar, khususnya dari sudut pandang mereka yang seharusnya bekerja di hari itu. Simak ya, friend!

1. Dana Investor yang ‘Ditilep’ Oknum Panitia Buat Foya-foya
Seperti yang sudah ramai diperbincangkan di media sosial, kalau duit dari investor untuk Greenlane Festival ini ‘ditilep’ sama project manager-nya sendiri, yakni Bagus Rama Setiaji. Total gelontoran dana sebesar Rp. 1,5 miliar dari investor nyatanya cuma terpakai Rp. 300-400 juta buat acara, sisanya dipake buat kebutuhan pribadi si Bagus alias Bopung itu sendiri. Bahkan di video klarifikasinya, dia terang-terangan ngaku kalau duit sisanya itu dipake buat foya-foya!

Lucunya, pasca twit dari Saska itu viral, Saska ngaku banyak DM masuk dan curhat tentang kebobrokan si Bagus alias Bopung itu. Misal, mereka yang ternyata diutangin juga sama si Bopung dengan nominal yang beragam, terus fakta bahwa doi main golf dengan taruhan Rp. 7 juta per hole, atau doi open table di salah satu bar di Bandung, bahkan katanya duitnya itu dipake juga buat pijat di salah satu tempat spa di Bandung, lho!

2. Ketidakjelasan Pembayaran Bagi Para Vendor
Saska mengaku H-4 acara ia dihubungi temennya yang bernama Sandy untuk jadi fotografer di Greenlane Festival kemarin. Tapi setelah melalui proses deal-dealan sama panitia, Sandy dan Saska dijanjikan akan dibayar DP-nya H-1 acara, tapi setelah ditunggu, panitia mengelak lagi dan menjanjikan akan dibayar di hari H. “Terus tiba-tiba si panitia nyuruh kita buat dateng dulu aja nanti dibayar DP-nya di venue.” Ujar Saska.

Sesampainya di venue jam 13.30 WIB, Saska melihat keanehan karena biasanya kalau ada acara di Laswi, jalanan sekitar akan ‘lumpuh’ dan macet, tapi minggu kemarin nyatanya enggak. Pas sampai venue pun Saska heran karena setelah open gate pun venue masih sepi, dan semakin aneh ketika dia nanya ke vendor sound, “kok belum ada yang soundcheck?” dan mereka jawab “belum ada, listrik juga belum ada, genset aja gak nyala”. Karena ketidakjelasan itu akhirnya Saska milih buat cabut duluan sampai akhirnya Sandy dateng jam 15.00 WIB.

Saat itu Sandy liat udah ada rame-rame, ternyata si Bagus lagi disuruh klarifikasi soal gagalnya acara yang seharusnya tinggal digelar itu. Dari situ Sandy inisiatif videoin dan ngirim ke Saska dan beredarlah video klarifikasi yang viral itu. Sampai akhirnya si Bagus ini disuruh buat klarifikasi langsung di atas panggung dan dimuat di akun ofisialnya si Greenlane Festival itu.

3. Perombakan Tim Panitia Secara Mendadak
Ternyata kebobrokan Greenlane Festival ini sudah tercium dari sebelum terselenggaranya acara. Bagus selaku project manager ternyata ‘merombak’ kepanitiaan secara mendadak, salah satunya adalah dengan mencari project manager baru yang dihubungi 1 minggu sebelum digelarnya acara.

Sebelumnya, Greenlane Festival sendiri seharusnya digelar bulan Oktober di Kiarapayung, tapi memutuskan untuk pindah venue dengan pengurangan line up dan penjualan tiket yang di-bundling. Saska dan Sandy sendiri mengetahui hal ini karena ada salah satu temannya yang jadi tim di plan sebelumnya yang seharusnya bertempat di Kiarapayung tapi memilih untuk cabut dari kepanitiaan karena ketidakjelasan masalah finansial.

Intinya, batalnya Greenlane Festival ini ditenggarai oleh penggelapan dana investor sama si Bagus sang project manager ini. Dari sana, masalah menyebar ke masalah-masalah lain, bahkan gak sedikit netizen yang ngespill kehidupan pribadinya. Saska juga ngasih tips buat lo yang pingin bikin acara musik, mending dimulai dari skala yang kecil dulu aja, undang band temen-temen lo, bikin gigs kolektif sambil nyari relasi. Lama kelamaan ketika kepercayaan udah terbentuk, baru deh lo mulai bikin acara dengan skala yang lebih besar.

Tips lain kalo lo mau dateng ke festival musik, pastiin lo harus tau kredibilitas si promotor acaranya itu sendiri. In case acaranya batal, pasti mereka punya pertanggungjawaban karena yang dipertaruhkan juga kredibilitas mereka yang dibangun bertahun-tahun. Buat lo yang bingung promotor mana yang udah kredibel? Lo bisa cek promotor yang udah tergabung di Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI), friend!

So, acara musik mana lagi nih yang belom menuhin kewajibannya?

Related Articles

Back to top button