Eksistensi Screamo/Skramz, Cabang Musik Emo yang Lebih Agresif

Teks: Ilham Fadhilah
Era 90-an sebenarnya menjadi awal tahun berkembang biaknya jenis musik ini di ranah underground. namun sampai sekarang tampaknya screamo/skramz bukanlah jenis musik dari ranah underground yang familiar. Eksistensi mereka sering kali tak terdeteksi. Sebagai akar pohon keluarga emo itu sendiri, mereka merupakan bentuk lain dari emo yang buahnya terlihat di dunia musik mainstream era 2000-an. Karakteristik poni lempar dengan kaos ukuran extra small dan memainkan musik emo yang lebih “pop” sehingga medapat sorakan histeris dari penonton. Namun, mereka tak seperti itu.
Screamo/skramz sendiri pada awalnya mewariskan spirit hardcore punk dari segi musikal namun memiliki narasi emosional dan bergerak di lorong musik bawah tanah. Ritme dan struktur musiknya terkadang ganjil juga melodius (mungkin agak mengingatkan kamu pada math-rock), digabungkan dengan teknik vokal scream yang tak jarang terdengar mentah. Maka, wajar saja jika musik ini kurang diminati atau tidak membuat nyaman telinga awam. Meskipun untuk ukuran musik underground seharusnya itu bukan masalah.
Namun yang harus kamu tahu adalah roots dari emo ini benar-benar eksis. Meskipun jika kamu tak pernah mendengar istilah skramz atau pun mengetahui satu pun nama yang mengusung jenis musik tersebut sekalipun. Sebagai jenis musik yang sebenarnya melahirkan band-band secara sporadis di berbagai belahan dunia, seharusnya mereka layak dikenal sebagai mana subgenre musik lain yang sama-sama ‘tidak dapat diterima telinga awam’ semisal grindcore atau thrashcore (meskipun mereka muncul satu dekade lebih awal).
Awal kemunculan
Sejak awalnya munculnya sampai sekarang, grindcore setidaknya mengantungi satu nama yang pasti terdengar ke permukaan. Sebut saja Napalm Death. Thrashcore punya D.R.I, meskipun mereka kental memainkan thrashcore (sebelum condong ke arah crossover thrash) di awal-awal kemunculannya. Namun, skramz tak memiliki nama yang semasif itu satupun, meskipun sang pionir sekalipun.
Familiar dengan nama-nama semisal Heroin, Honeywell, atau Antioch Arrow? Mereka adalah band-band asal Amerika yang meskipun sebenarnya tak mendapat sorotan kuat ketika mereka masih eksis, namun mereka didaulat sebagai nama penting dalam dunia screamo. Lahir di sekitar tahun ‘80 akhir sampai awal tahun ‘90-an dan bubar tak lebih dari enam tahun setelahnya (bahkan ada yang kurang). Mereka merupakan nama yang berjasa untuk dunia screamo masa depan.

Sejak saat itu, band-band screamo/skramz pun menjamur. Meskipun kepopularitasannya tak pernah mencapai permukaan, bahkan tertelan oleh gelombang screamo yang mencapai ranah mainstream ketika memasuki abad 20.
Pemicu lahirnya istilah skramz di tahun 2000-an
Seperti yang saya kemukakan di awal paragraf, ada perbedaan signifikan yang tergambar dari screamo mainstream dan akarnya, Hal tersebut juga menjadi pemicu lahirnya istilah ‘skramz’.. Lahirnya istilah skramz adalah pembedah kebingungan yang meliputi keduanya.
Skramz disematkan kepada para pelaku screamo bawah tanah ketika istilah screamo itu sendiri mulai diletakan pada band-band emo yang sudah meraih ‘kesuksesan’ secara komersil dengan tampil di TV atau semacamnya. Lambat laun juga istilah screamo melayang jauh dari akarnya. Seperti istilah itu mulai tersemat ke band-band semisal Bring Me The Horizon atau Asking Alexandria. Maka ada perbedaan yang tampak jelas di antara skramz dan screamo mulai saat itu.
Sederhananya, jika bahkan kamu adalah pendengar setia band-band seperti From First To Last atau Silverstein, tidak menjamin kamu juga akan menyukai nama-nama semisal City of Caterpillar atau Circle Takes the Square. Maka skramz pun digunakan untuk musik screamo yang menetap di skena bawah tanah.
Karakteristik dan spesifikasi screamo/skramz
Berada di bawah tanah tentu membuat cahaya sulit menembus ke tempat yang mereka diami. Begitu pun dengan skramz. Jika dibandingkan dengan dengan musik-musik emo mainstream, skramz terdengar jauh lebih gelap dan depresif. Mungkin terdengar kacau juga mentah secara musikalitas.
Sama halnya seperti emo, narasi mereka masih berputar di beberapa garis besar yang sama seperti halnya kesedihan. Namun, kasus yang mereka ceritakan terkadang lebih jauh atau mungkin lebih dalam dan gelap. Seperti rasa sakit emosional, kematian, depresi dan hak-hak manusia.
Kebanyakan dari mereka bermain di gigs-gigs bawah tanah. Vokal scream mentahnya pun seringkali mereka terakan tanpa pengeras suara. Benar-benar kacau. Sebagai contoh, lihat penampilan salah satu band screamo/skramz bentukan 1997 asal Connecticut ini yang bernama Jeromes Dream.

Nyaris tak ada kesan dramatis dari sampul-sampul album mereka seperti halnya Three Cheers for Sweet Revenge (2003) milik My Chemical Romance atau In Love and Death–nya The Used (2004). Ciri khas dari mereka kebanyakannya adalah artwork-nya yang menggambarkan kemuraman kentara. Memberikan sedikitnya kesan yang lebih dingin dari sekedar kesedihan belaka.
Tak hanya berkembang di daratan Amerika, spora skramz menyebar ke belahan dunia lain. Eropa dan Asia tak terkecuali. Eropa memiliki band-band seperti La Quiete, Raein (Italia) atau Daïtro (Prancis). Asia punya 1000 Travels of Jawaharlal, HOLLOW JAN (Korea), Envy, Heaven In Her Arms, atau Gauge Means Nothing (Jepang), serta masih banyak lagi.
Di ranah lokal sendiri, screamo/skramz pun tak jarang dijumpai. Banyak band-band yang mengusung jenis musik tersebut dan tak hanya bergumul di satu kota atau wilayah saja. Mereka tersebar luas sehingga menjadikan jenis musik ini dapat dibilang muncul secara sporadis. Seems Like Yesterday (Jakarta), LKTDOV (Jogja), atau Glare (Bandung) misalnya.

Memasuki abad 21, jenis musik ini terus hidup dan menjamur. Melahirkan nama-nama baru dengan tingkat kepopuleran yang lebih menonjol. Nama-nama semacam Touché Amoré, Pianos Become The Teeth (dua album awal), Loma Prieta, atau pun La Dispute. Mereka memiliki spirit screamo/skramz yang menurut saya mewakilkan eranya hari ini.
Sampai hari ini, screamo/skramz masih eksis di tengah-tengah dunia musik emo. Banyak grup-grup anyar yang muncul per 2010 silam sampai sekarang. Hal tersebut setidaknya menjadi bukti kalau musik ini sebenarnya masih eksis dan belum tergerus oleh zaman.
Ketika kamu merasa band-band emo komersil menyebalkan karena menjadikan kesedihan sebagai barang jualan sehingga membuatnya memuakkan, maka kamu tak akan membenci emo secara keseluruhan, karena yang satu ini layak untuk dikatakan sebagai bentuk murni ‘emosi’ dalam musik emo.