Crushing Grief, Mainkan Musik Easycore dengan Kearifan Neck Deep

Sudah cukup bosan rasanya saya mendengarkan band pop-punk lokal yang musiknya mirip (kalau nggak mau dibilang meniru) dengan sound yang dibawakan oleh band-band gelombang modern pop-punk seperti Neck Deep, The Story So Far, dan yang lainnya. Entah kenapa saya jadi malas aja gitu ketika ada band yang secara terbuka bilang bahwa secara musik mereka terinspirasi dari band-band yang saya sebutkan tadi, karena biasanya pada akhirnya output yang dihasilkan tidaklah istimewa, malah menduplikasi apa yang dilakukan oleh band panutannya tersebut, namun yaa… tidak sepenuhnya berhasil.
Bahkan menurut saya mereka seakan blunder karena melakukan name-dropping beberapa nama besar, sehingga para pendengarnya secara nggak sadar akan membandingkan kedua band tersebut. Namun setelah didengarkan, karya yang dihasilkan tidak berhasil untuk mengejar band panutannya tersebut. Disayangkan banget.
Pertama kali melihat profile yang dikirimkan oleh Crushing Grief pada surel Rich Music, saya mengira mereka akan menjadi salah satu jajaran dari band Neck Deep-core. Karena mereka secara terang-terangan menyebutkan Neck Deep sebagai inspirasi dari nama dan juga musiknya. Tapi setelah mencoba mendengarkan keseluruhan discography-nya, ternyata mereka membawakan musik yang merupakan fusi antara hardcore dan juga pop-punk, yaitu easycore.

Nuansa lagu yang ada pada band-band seperti Four Year Strong, Chunk! No, Captain Chunk!, dan Can’t Bear This Party terdengar jelas pada lagu-lagu yang dimiliki oleh kuintet asal Manado tersebut. Namun diberi sentuhan lirik yang personal seperti yang Neck Deep lakukan pada lagu-lagunya. Saya setuju dengan respon dari Joe Summerlane yang menyebutkan bahwa ketika mendengarkan lagu mereka membawa nuansa throwback pada band-band pop-punk di pertengahan tahun 2000an. Memang ya, lagu-lagu yang ada nuansa nostalgianya itu selalu menarik. Entah kenapa. Meskipun setelah beberapa kali mendengarkan, nuansa nostalgia itu kemudian akan hilang dan kita kembali bisa menilai musiknya secara objektif.
Coba sebutkan beberapa elemen yang biasa terdengar pada band-band easycore yang kamu tahu, mereka semua seakan memenuhi daftar elemen musik easycore tersebut secara lengkap. Mulai dari permainan gitar yang melodis, ketukan yang patah-patah melalui breakdown, drum blasting, gabungan antara clean dan un-clean vokal semuanya ada pada lagu-lagu Crushing Grief.
Kalau kamu nggak percaya, coba dengarkan lagu mereka yang berjudul ‘Holiday’, yang langsung menghajar telinga kamu dengan breakdown sejak awal lagu. Track menarik lainnya adalah ‘Tak Ada Makna’ di mana Crushing Grief seakan memanggil jiwa hardcore-nya secara penuh untuk memainkan sebuah track yang penuh adrenalin dan straight forward tanpa tedeng aling-aling. Atau kalau kamu menginginkan lagu dengan nuansa yang lebih mellow, coba dengarkan track ‘Dopamine’ atau track terbaru mereka, ‘Gemini’.
Suguhan yang diberikan oleh Crushing Grief sesungguhnya sudah cukup lengkap dengan melakukan berbagai pendekatan berbeda pada lagu-lagunya. Secara produksi pun saya rasa berani banget buat diadu dengan berbagai band yang memulai karirnya di kota-kota Pulau Jawa, yang banyak dianggap memiliki berbagai privilege jika dibandingkan band yang berkarir di luar Pulau Jawa. Tanpa bermaksud sama sekali untuk merendahkan, karena fakta itulah yang banyak tertanam di benak banyak orang.
Rasanya Crushing Grief nggak main-main ketika mendeklarasikan diri sebagai pop-punk defender. Tapi untuk mengatakan apakah pantas atau tidak mereka untuk menyandang gelar tersebut, bukan kapasitas saya untuk menilai. Namun, kalau secara kualitas produksi ataupun arahan musik, mereka berani untuk semacam keluar dari pattern yang sudah terbentuk saat ini di mana band-band pop-punk yang baru muncul kebanyakan mengambil influence secara langsung dari band-band yang membawakan sound modern pop-punk. Walaupun untuk selanjutnya saya berharap mereka dapat membuat suatu karakter sendiri sehingga bisa terlepas dari label “band yang membawa unsur nostalgia” saja. Sayang banget soalnya.
Melalui tulisan ini saya juga ingin mengajak kamu buat stop untuk terlalu mengglorifikasi band-band yang ada pada kota besar, seperti Bandung, Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta. Akuilah tidak semua band yang ada pada kota-kota tersebut selamanya bagus, masih ada band-band di luar kota tersebut yang secara kualitas mah berani diadu banget.
Jadi, selalu support scene lokal kalian sebisanya. Entah itu dengan membeli rilisan atau merchandise-nya, menyebarkan lagunya, atau sekedar mendengarkan lagunya dan memberi komentar. Saya yakin hal sederhana tersebut akan sangat berarti bagi si pembuat karya, karena akan merasa diapresiasi.
Instagram @ccrushing.grieff