Ardan Indie 7 x Rich Music Artist Highlight: Hulica

Sampai hari ini status musik math rock di khalayak pendengar Indonesia memang belum terlalu populer. Banyak hal yang bisa menyebabkannya, tapi saya rasa alasan yang paling relevan bisa jadi karena pola lagunya yang memang terlalu kompleks. Komposisi math rock memang tidak ditujukan untuk kuping semua orang, tapi itulah seninya. Math rock menjadi sebuah anomali dimana musik rock identik dengan urusan teknis yang katanya serba hajar akhirnya diselewengkan dengan pilihan akor jazzy dan ketukan drum yang membuat sel-sel otak terbelit untuk mencernanya. Dan tentunya, untuk pendengar musik populer di Indonesia mau pun di seluruh dunia, komposisi musik yang rumit bukanlah santapan yang mudah dilahap seperti bubur. Menyambung analogi makanan tadi, math rock bisa dianggap sebagai buah durian. Ada yang menyukainya meski bentuknya aneh dan rasanya pun sulit dideskripsikan.
Meski tidak populer, bukan berarti eksistensinya tidak terasa di ranah lokal. Mungkin kamu pernah mendengar band asal Samarinda, Murphy Radio dan Eleventwelfth dari Jakarta. Dua band tersebut terkenal karena memainkan math rock. Tapi Bandung pun punya aset math rock yang patut diperhitungkan dan malahan, mereka pun bisa dibilang the new breed of emo kid karena membaurkan elemen emo/skramz ke dalam musik mereka. Mereka adalah hulica.
Terbentuk di paruh tahun 2016, hulica masih konsisten memainkan math rock dengan rasa emo sampai hari ini. Beberapa waktu yang lalu, mereka pun baru merilis debut mini album mereka yang berjudul how to estimate your departure on the ocean floor. Meski terlambat dirilis, mini album berisi enam lagu tersebut tetap berhasil menghantarkan kualitas math rock yang top notch dan skillful. Mereka pun mengamalkan kaidah format trio untuk sebuah band math rock dengan efisien, karena ketiga personilnya – Djodi (bass), Yana (gitar), dan Dimaz (drum) – saling bahu membahu dalam elemen instrumennya masing-masing agar seluruh lagunya terasa penuh dan megah.
Sebagai band math rock yang mengawinkan elemen emo di dalamnya, saya rasa hulica pun seharusnya bisa menjadi salah satu dewan transisi emo generasional di Bandung yang sudah terlalu lama terlena akan gelombang emo MTV tahun 2000-an. Akuilah, obor emo masih dipegang oleh band-band Bandung yang itu-itu saja. Sudah saatnya spotlight pemegang obor digeserkan ke band seperti hulica yang menawarkan sensasi emo yang lebih modern dan unik dari pada formula emo ala Finch yang pada akhirnya hanya mengulang rasa nostalgia yang tidak ada ujung dan terusannya.
Dengan alasan itulah, kenapa saya dan tim redaksi Rich Music Online lainnya memutuskan untuk mendaulat hulica sebagai band pertama utusan dari kotak submission kami di program Ardan Indie 7 x Rich Music. Kami rasa hulica adalah sebuah band yang muncul di waktu yang tepat dan kalau diberikan eksposur yang juga tepat, mereka bisa menjadi band of generation untuk segmen emo sekaligus math rock di Indonesia. Tunggu kehadiran mereka di program ARDAN INDIE 7 x RICH MUSIC hari Minggu, 7 Maret 2021 jam 4 sore di Ardan Radio 105,9 FM. Mereka pun akan memainkan beberapa lagu secara langsung ketika mengudara nanti.