5 Kompilasi Lokal Yang Jadi Milestone Krusial di Kancah Musik Independen


Buat saya pribadi, dengerin album kompilasi itu jadi keasyikan tersendiri. Selain jadi bisa menambah pengetahuan soal band-band baru atau lagu-lagu unreleased dari band yang udah ada, sebuah album kompilasi itu jadi kayak semacam artefak sejarah gitu, friend.
Kita jadi bisa tahu perjalanan sebuah genre atau tren musik yang terjadi di waktu rilisnya kompilasi tersebut. Agak lebay dan ngawang sih kedengerannya, tapi beneran lho friend! Nih buktinya lima album kompilasi ini punya penanda penting bagi pergerakan sebuah genre musik pada zamannya masing-masing. Untuk daftar kali ini, saya nggak akan membatasi apa kompilasinya dirilis oleh major atau indie label. Selama album-albumnya punya kontribusi yang signifikan buat scene dan tren di masanya, album kompilasi itu tetep saya masukin.
Oke, nggak perlu basa-basi lagi, ini dia daftarnya!
Masaindahbangetsekalipisan (1997)

Nggak afdol kayaknya kalau nggak masukin kompilasi legendaris ini ke sini. Kompilasi yang diinisiasi oleh Richard Mutter (pemilik studio Reverse di masa itu) ini jadi kayak semacam titik awal mekarnya pergerakan kancah musik independen di Indonesia. Konon katanya Richard kepikiran buat bikin kompilasi ini karena beberapa band yang mengisi Masaindahbangetsekalipisan sering latihan dan nongkrong di studio milik Richard.
Yang bikin kompilasi ini keren adalah bervariatifnya gaya musik dari setiap band yang mengisinya. Kamu bisa dengerin lagu punk yang agresif banget dari Turtles Jr sampe manisnya nuansa pop yang dimainkan oleh Cherry Bombshell. Ini baru the real spirit of indie. Ingat indie bukan identik dengan musik kopi senja ya. It’s independent.
Bad Tunes And Some Ordinary Things (2001)

Kalau ngomongin kancah melodic/pop punk di Indonesia, jasa label milik Maruli Hasiholan yang bernama My Own Deck kayaknya bisa dibilang nggak bisa kita bayar. Soalnya selain ngerilis beberapa band melodic punk yang influensial, label itu juga merilis beberapa kompilasi yang keren banget. Salah satunya ya kompilasi yang bergambar kancut putih ini.
Kompilasi Bad Tunes ini mendokumentasikan geliat band-band melodic/pop punk independen yang mulai menjamur di awal tahun 2000an secara ciamik. Lagu favorit saya di kompilasi ini adalah lagu “Feel It!” milik Buckskin Bugle. Secara komposisi kayak udah mewakili sound melodic punk di zaman itu, agresif dan catchy.
New Generation Calling (2003)

Tepat banget sama judul kompilasinya. Kompilasi ini emang meng-highlight band-band newcomer pada masanya dan akhirnya menjadi legenda di masa kini. Band-band seperti Superman Is Dead, Rocket Rockers dan Shaggydog mengisi kompilasi yang dirilis oleh Spills Records ini. Sebagai single promosi untuk album kompilasi ini, lagu “Pesta” milik unik punk rock Bandung The Bahamas lah yang dipilih. Sebuah anthem yang cocok untuk menggambarkan kehidupan musik dan urban secara umum pada masa itu yang mengalami perubahan yang cukup signifikan.
Track favorit saya di kompilasi ini adalah lagu “Lari” milik band punk cult nan legendaris, Kebunku. Kamu nggak tahu siapa Kebunku? Well, you better check them out. Oh ya, mending cek lagu-lagu mereka yang lama dengan formasi yang masih ada Johan sebagai vokalis dan gitaris. It will change your life.
Anthems Of Tomorrow (2004)

Sekitar tahun 2004, Indonesia mulai terjangkit virus musik emo. Mulai banyak band-band emo yang sering membawakan lagu “Letters To You” di tempat rental musik dan mulai banyak anak muda yang sering dirazia di sekolah karena poni miringnya yang melewati alis.
Nah salah satu artefak fenomenal dari masa emo-mania itu adalah rilisnya kompilasi Anthems Of Tomorrow ini. Di dalemnya ada 11 band emo yang punya nuansa yang lumayan bervariatif. Ada Dagger Stab (band lamanya Rian Pelor) yang lagunya terasa lebih emoviolence, ada juga The Side Project (band lamanya Dochi Pee Wee Gaskins) yang berusaha keras untuk terdengar seperti Finch. Favorit saya sih ada Majesty yang mirip banget Dashboard Confessional. Sebagai kompilasi yang muncul ketika emo sedang ngetren, tentunya kompilasi ini sangat bersejarah di kancah musik Indonesia.
Sepanjang Hari (2004)

Pengaruh masuknya Superman Is Dead dan Rocket Rockers ke label mayor membuat tren musik melodic/pop punk semakin menjamur di masyarakat Indonesia. Sebagai upaya untuk tren itu tetap relevan ke beberapa periode tahun ke depan (dan supaya pemasukan finansial tetap lancar), Musica Studio merilis kompilasi melodic punk ini. Band-band yang ada di dalamnya di antaranya ada Fornufan, Kuro!, Fast Crash, dan Speak Up.
Yang bikin kompilasi ini punya value yang berbeda dengan kompilasi Bad Tunes, Sepanjang Hari semacam menjadi penanda bahwa melodic/pop punk sudah menjadi musik yang tidak lagi eksklusif. Semua orang dari berbagai lapisan masyarakat kini bisa menikmati musik yang dulu dianggap cutting edge.